Mohon tunggu...
Fajriah Nur Kholifah
Fajriah Nur Kholifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Representasi Masalah-masalah Sosial dalam Film "Untuk Angeline" Karya Sutradara Jito Banyu

7 Januari 2022   02:37 Diperbarui: 7 Januari 2022   02:48 1656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dari hasil kutipan tersebut, terlihat bahwa terdapat permasalahan sosial dalam bentuk kekerasan terhadap anak yang terlihat sangat jelas dilakukan oleh Terry ibu tiri Angeline, dia melakukan berbagai tindak kekerasan kepada Angeline karena kucing kesayangannya mati yang padahal bukan disebabkan oleh Angeline. Namun Terry justru menyalahkan Angelin dan menganiaya Angeline dengan berbagai kekerasan secara fisik hingga akhirnya Angeline tewas karena penganiayaan yang dilakukan oleh Terry selaku ibu tirinya.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang sudah disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwasannya film “Untuk Angeline” sangat merepresentasikan bentuk-bentuk permasalahan sosial yang terjadi di Masyarakat seperti kemiskinan, pengangguran, disorganisasi keluarga, dan khususnya masalah kekerasan terhadap anak yang tergambarkan begitu jelas dalam film “Untuk Angeline” ini. 

Tujuan pengarang membuat film ini tentunya pengarang ingin menyampaikan kritik sosial terhadap berbagai permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat agar masalah-masalah tersebut dapat diminimalkan dan dihilangkan. Secara keseluruhan film “Untuk Angelin” sangat bagus dapat menyampaikan kritik terhadap masalah sosial yang sering terjadi di masyarakat.

Dari segi unsur-unsur pendukung seperti tata musik, tata suara, tata ruang, tata cahaya, dan tata busana sudah sangat bagus dan dapat membuat penonton ikut terbawa emosi ke dalam cerita. 

Selain itu, dari segi shot size dan shot type, film ini menggunakan beberapa macam tipe shot size salah satunya yaitu tipe Medium Close Up dengan pengambilan gambar yang menunjukkan wajah subyek agar lebih jelas dengan ukuran shot sebatas dada hingga kepala. 

Pada film ini juga digunakan tipe two shot yang menampilkan dua orang dalam satu frame kamera, tipe shot ini dapat digunakan untuk membangun hubungan antara subjek satu dengan lainnya. Sementara dari segi kompoisi dan camera movement yang sering digunakan yakni tekni Dolly (track) berupa pengambilan gambar mendekati atau menjauhi subyek dengan menggerakkan kamera di atas tripot atau dolly. 

Selain itu juga menggunakan teknik zoom/zooming yaitu dengan cara mendekati atau menjauhi obyek secara optik dan pada film ini juga menggunakan teknik follow yaitu gerakan kamera mengikuti objek yang bergerak seperti adegan dalam film ketika Ipuy berlari dikejar beberapa orang. Secara keseluruhan film ini sangat menarik dan mampu merepresentasikan permasalahan sosial yang ada di masyarakan dengan jelas.

Sumber Referensi

Hafizha, N. 2018. “Masalah Sosial dalam Novel Nun, Pada Sebuah Cermin sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Sastra”. Prosiding Pekan Seminar Nasional. Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Rizky, Linda M. 2019. “Analisis Sosiologi Sastra Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) Karya Deddy Mizwar dan Hubungannya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP”. Skripsi. Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia. IKIP PGRI Bojonegoro

Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun