Kepribadian Tokoh Utama dalam Film Sejuta Sayang Untuknya : Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud
Disusun oleh : Fajriah Nur Kholifah
Kelas : 07SIDP001
A. LATAR BELAKANG
       Karya sastra merupakan suatu hasil karya yang diciptakan oleh manusia dari ide, gagasan, atau pemikiran kreatif yang bisa diambil dari kenyataan atau pengalaman pribadi sang pengarang maupun hasil imajinasi si pengarang yang disampaikan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan dan menggunakan bahasa sebagai medianya. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Sumardjo dan Saini (1988:3), bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan ide, semangat keyakinan dalam bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Dengan kata lain, karya sastra juga dapat dikatakan sebagai media yang dimanfaatkan oleh para pengarang untuk menyampaiakan pemikiran, ide, atau gagasan-gagasannya. Di dalam sebuah karya sastra biasanya menceritakan tentang kisah kehidupan yang dialami oleh suatu tokoh.
       Banyak karya sastra yang mengisahkan tetang kehidupan suatu tokoh, salah satunya yaitu karya sastra berupa film. Film termasuk ke dalam suatu kajian sastra popular, sehingga film termasuk sebuah karya sastra. Film merupakan sebuah karya dalam bentuk audio visual, artinya film tidak hanya menampilkan suara saja tetapi disertai dengan gambar yang bergerak yang di dalamnya menceritakan kehidupan suatu tokoh. Film juga merupakan salah satu hasil karya sastra yang berfungsi sebagai media komunikasi pesan yakni pesan moral dalam kehidupan. Selain itu, film juga berfungsi sebagai media hiburan dan kepuasan batin bagi para penonton.
        Pada sebuah film terdapat suatu tokoh yang digunakan pengarang untuk mengungkapkan isi cerita. Perilaku atau sifat yang dimiliki oleh suatu tokoh dalam sebuah film tentunya berbeda-beda. Setiap perilaku yang dilakukan oleh tokoh berkaitan dengan masalah kejiwaan adatu psikologi tokoh itu sendiri. Untuk menganalisis sebuah film atau karya sastra dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan salah satunya yaitu menggunakan pendekatan psikologis. Psikologi sastra merupakan kajian sastra yang melihat karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan. Psikoanalisis merupakan sebuah ilmu yang digunakan untuk menganalisis tokoh-tokoh yang ada dalam sebuah karya sastra yang ditulis oleh pengarang. Dengan menganalisis kondisi kejiwaan tokoh dalam karya sastra, maka dapat diketahui  bagaimana kondisi kejiwaan sang pengarang ketika menciptakan karya tersebut. Menurut pandangan Sigmund Freud kepribadian terdiri atas tiga komponen yaitu id, ego, dan superego yang bekerja sama untuk menciptakan perilaku manusia yang kompleks (Sumandi, 2016:124-127).
         Pada penelitian ini penulis akan meneliti mengenai kondisi psikologi tokoh utama yakni Gina dan ayahnya dalam film "Sejuta Sayang Untuknya" yang disutradarai oleh Herwin Novianto dan ditayangkan perdana pada 23 Oktober 2020. Film ini menceritakan tentang kisah perjuangan seorang ayah yang memiliki kondisi ekonomi rendah untuk memenuhi kebutuhan anak gadis semata wayangnya yaitu Gina. Dengan kondisi ekonomi yang sulit timbulah berbagai masalah yang menyebabkan terjadinya pergolakan batin yang dialami oleh sosok ayah dan juga Gina. Penulis memilih film Sejuta Sayang Untuknya untuk dikaji karena film ini sangat menarik serta pada film ini terdapat gejala-gejala psikologi yang berhubungan dengan kepribadian tokoh seperti yang dikemukakan oleh Sigmund Freud yakni id, ego, dan superego. Berdasarkan tokoh-tokoh yang digambarkan oleh pengarang dalam film banyak mengungkapkan pesan bagaimana semestinya hubungan antara ayah dan anak dari berbagai masalah yang terjadi. Pada penelitian ini hanya mengacu pada masalah psikologi tokoh yang dialami oleh tokoh Gina dan Ayahnya, karena kepribadian kedua tokoh tersebut mempunyai peran penting dan mempengaruhi isi cerita pada film Sejuta Sayang Untuknya.Â
        Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu (1) Bagaimana kondisi psikologi kepribadian tokoh Gina dalam film Sejuta Sayang Untuknya dan (2) Bagaimana kondisi psikologi tokoh Ayah dalam film tersebut. Maka dari itu tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan keadaan psikologi tokoh Gina dan Ayahnya. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan bagi para pembaca serta dapat memberi sumbangan bagi perkembangan ilmu khususnya tentang psikologi sastra.
B. KERANGKA TEORITIS
a) Penelitian Terdahulu
         Berdasarkan hasil pencarian yang yang sudah penulis lakukan, penelitian mengenai psikologi tokoh pada film Sejuta Sayang Untuknya belum pernah dilakukan. Namun, penelitian tentang analisis psikologi tokoh utama pada objek film yang berbeda dengan pendekatan psikoanalisis pernah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Beberapa penelitian terdahulu diantaranya sebagai berikut.
         Penelitian yang dilakukan oleh Triek Wahyuda Saputri, Martono, dan Agus Wartiningsih (2019), dengan judul penelitian yakni "Psikologi Tokoh Mira dan Maudy dalam Film 'Me Vs Mami' Karya Odi C Harahap, yang terbit pada Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa Vol. 8, No. 6. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mendeskripsikan kepribadian  dari tokoh Mira dan Maudy yang tercermin dalam id, ego, dan superego. Pada penelitian tersebut penulis menggunakan pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud. Objek data yang digunakan adalah film 'Me Vs Mami'. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi documenter dan peneliti sebagai instrument kunci. Adapun teknik analisis data dilakukan dengan menganalisis dan menginterpretasikan data berdasarkan id, ego, dan superego. Hasil dari penelitian ini yaitu dimenghasilkan data berupa kepribadian dari tokoh Mira yang tercermin dalam id, ego, dan superego adalah keras kepala, peduli, bertanggung jawab, emosional, penyayang. Sementara karakter Maudy dilihat dari id, ego, dan superego yaitu hati-hati, perfeksionis, bertanggung jawab, peduli, keras kepala, penyayang dan emosional.
      Selain itu, penelitian dengan pendekatan yang sama juga pernah dilakukan oleh Nur Fuziah Fatawi dan Salysa Nurwidiya (2019), dengan judul "Analisis kepribadian Tokoh Utama pada Film 'The Miracle Worker' (Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud). Penelitian tersebut terbit pada Jurnal Al-Fathin Vol.2 Edisi 2. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mendeskripsikan psikologi tokoh utama pada film 'The Miracle Worker' dengan fokus kajian id, ego, dan superego. Pada penelitian tersebut penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif yang dipaparkan secara deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik catat dan interpretasi secara deskriptif dengan penafsiran dan uraia mengenai data yang sudah terkumpul. Adapun metode analisis datanya menggunakan metode reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan.
      Hasil dari penelitian tersebut yaitu berupa Id, ego, dan Superego dari tokoh utama yang Bernama Hellen Keller. Id pada diri tokoh yaitu kesal sebab ada keinginan yang begitu besar dalam dirinya untuk melakukan hal-hal seperti manusia pada umumnya seperti mendengar, memiliki mata, dapat berbicara, tapi itu semua tidak dapat ia lakukan sehingga ia merasa kesal. ring meluapkan amarah, sulit diatur, nakal, manja, tidak sopan. Sedangkan Superego pada diri Hellen yakni sikap pantang menyerah, terus mencoba ketika diajarkannya lewat sandi tangan, dan cerdas karena dapat langsung menirukan.
b) Landasan Teori
Teori Psikoanalisis Sigmund Freud
        Sigmund Freud merumuskan sebuah teori yang dikenal dengan teori psikoanalisis. Penggunaan teori ini untuk menyampaikan berbagai gejala kejiwaan atau psikologis dibalik gejala bahasa dan juga menelusuri ke dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui lebih jauh mengenai asal usul manusia yang unik ini sebagai sesuatu yang merangsang. Freud mengungkapkan bahwa kehidupan jiwa mempunyai tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), bawah sadar (preconscious), dan tidak sadar (unconscious). Alam sadar adalah apa yang seseorang sadari pada saat tertentu, penginderaan langsung, ingatan, persepsi, pemikiran, fantasi, dan perasaan yang seseorang miliki. Kemudian, alam bawah sadar yaitu apa yang disebut dengan saat ini dengan "kenangan yang sudah tersedia" (available memory). Sedangkan bagian terbesar dan paling aktif adalah alam tidak sadar (unconsciuous mind). Dalam bagian ini mencakup segala sesuatu yang tidak kita sadari, namun mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan kita. Freud juga menyampaikan bahwa struktur kepribadian pada manusia mengandung tiga komponen, yakni id (tidak sadar), ego (tidak sadar, pra sadar, sadar), dan superego (tidak sadar, prasadar, sadar).
1) Id, id adalah sumber dari segala energi psikis. Dimana jiwa seorang bayi yang baru lahir ke dunia ini hanya terdiri dari id. Id berisi impuls-impuls yang berasal dari kebutuhan biologis sehingga seluruh tingkah laku bayi dikendalikan oleh impuls-impuls tersebut. Id dalam kepribadian manusia dianggap sebagai bagian yang paling primitif dan orisinal yang mana id merupakan 'gudang' penyimpanan kebutuhan-kebutuhan yang mendasar pada diri manusia, seperti makan, minum, istirahat, agresivitas ataupun rangsangan seksualitas. Insting-insting dalam id ini dapat bekerja secara bersamaan dalam situasi yang berbeda yang berfungsi untuk mempengaruhi perilaku seseorang. Misalnya: seseorang dapat saja marah dan berperilaku agresif terhadap kekasih yang dicintainya. Dalam hal ini, Freud mempercayai bahwa pada id terdapat dorongan yang mencari ekspresi pemuasan dalam realitas eksternal. Id termasuk dalam sistem yang tidak disadari. Seperti; amoral, tidak terpengaruh oleh waktu, tidak mempedulikan realitas, tidak menyensor diri sendiri, dan dapat bekerja atas dasar prinsip kesenangan (pleasure principle). Dalam cara kerjanya id membutuhkan sistem lain yang dapat menghubungkannya dengan realitas. Oleh sebab itu, muncullah sistem baru dalam jiwa yaitu ego yang mana sumber energi dari ego ini berasal dari id itu sendiri.
2)Ego, ego memiliki tujuan dalam rangka membantu manusia mengadakan kontrak dengan realitas atau kenyataan. Fungsi utama dari ego yakni menerjemahkan id dan menghadapi realitas. Misalnya, seorang bayi merasa lapar maka untuk memuaskan rasa laparnya ini si bayi harus belajar menyesuaikan antara bayangan tentang makanan dengan makanan yang sesungguhnya. Dalam hal ini egolah yang berperan dengan cara membedakan antara objek yang ada pada pikiran dan objek yang ada pada dunia nyata. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas. Ego juga bekerja untuk mengorganisasikan aspek-aspek id dan memberi arah bagi impuls-impuls individu. Menurut Freud, ego memiliki fungsi untuk memilih rangsangan yang harus dipuaskan, bagaimana, dan kapan memuaskannya. Selain bekerja atas dasar prinsip realitas ego juga bekerja atas dasar proses berpikir sekunder sehingga dalam menghadapi realitas ego menggunakan logika. Maka dari itu, antara id dengan ego jelas berbeda. Jika id dikuasai oleh prinsip kesenangan, sementara ego dikuasai oleh prinsip kenyataan (reality principle), yang dimaksud kenyataan ini adalah apa yang ada.
3) Superego, superego merupakan sistem moral dari kepribadian. Pada sistem ini mengandung nilai-nilai sosial, norma-norma budaya, serta tata cara yang telah diserap ke dalam jiwa. Superego ini adalah perkembangan dari ego yang sewaktu-waktu dapat melepaskan diri dari ego. Karakteristik superego sama dengan id, artinya bahwa superego tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat, tidak memiliki sensor diri, dan memiliki energi sendiri. Superego juga mengabaikan realitas. Namun, dalam hal fungsinya superego berbeda dengan id. Jika id berprinsip mencari kesenangan sedangkan superego mencari kesempurnaan (perfection). Freud dalam bukunya menjabarkan bahwa superego ini sebagai proses internalisasi individu tentang nilai-nilai moral yang ada pada masyarakat. Nilai-nilai moral tersebut diperoleh seorang individu melalui orang tuanya, yakni berupa perilaku-perilaku apa saja yang pantas untuk dilakukan dan perilaku apa saya yang tidak pantas untuk dilakukan dalam situasi tertentu. Superego memiliki sifat positif dalam mengontrol dorongan-dorongan id pada individu, tetapi ia juga memiliki implikasi yang negatif. Contohnya, ada seorang anak yang ditekankan oleh orangtuanya bahwa seks itu adalah sesuatu yang menjijikan dan tabu untuk dilakukan. Sehingga akibatnya, ketika dewasa sang anak ini menjadi takut untuk mendekati lawan jenisnya dan ia tidak dapat membentuk hubungan yang lebih dekat dengan siapapun. Maka dari itu, superego pun seperti halnya id bersifat irasional. Sehingga, apapun yang dituntut oleh superego harus dipenuhi secara sempurna dan jangan berlebihan. Karena setiap hal apapun yang dilakukan secara berlebihan akan memberikan dampak yang tidak baik.
C. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang penulis gunakan untuk menganalisis film Sejuta Sayang Untuknya adalah jenis metode deskriptif dengan pendekata kualitatif. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah film Sejuta Sayang Untuknya. Penulis meneliti film Sejuta Sayang Untuknya sebagai objek penelitian yang dipandang dari sisi psikologi, yakni bagaiamana psikologi kepribadian yang dimiliki tokoh utama Gina dan Ayahnya. Adapun data dalam penelitian ini yaitu berupa dialog percakapan dan bukti tangkapan layar dari adegan yang menggambarkan kondisi psikologis tokoh yang mencerminkan kepribadian dari tokoh Gina dan Ayahnya. Sementara itu, pendekatan dalam penelitian ini yakni menggunakan pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud untuk melihat kepribadian tokoh dari segi id, ego, dan superego. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menonton film secara seksama kemudian digunakan teknik catat dalam mencari data yang dibutuhkan untuk mengungkapkan kepribadian tokoh Gina dan Ayahnya yang dilihat dari id, ego, dan super ego. Selanjutnya, menginterpretasikan secara deskriptif yaitu dengan gambaran dan penafsiran serta uraian tentang data yang sudah terkumpul. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah model analisis yang mengacu pada tiga tahapan yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
D. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah penulis lakukan terhadap film "Sejuta Sayang Untuknya" penulis berhasil memperoleh data-data terkait dengan aspek kepribadian tokoh Gina dan Ayahnya yang tercermin dalam id, ego, dan superego. Berikut ini hasil analisis dan pembahasan mengenai psikologi tokoh yang tercermin dalam aspek kepribadian berupa id, ego dan superego dalam diri tokoh Gina dan Ayahnya.
1. Analisis Psikologi Tokoh Gina
a. Aspek Id
Aspek id yang terdapat dalam diri tokoh Gina muncul pada saat ujian disekolahnya diganti dengan menggunakan sistem online, dari hal itu Gina membutuhkan sebuah Hp agar dia bisa mengikuti pelatihan ujuan. Keinginan Gina tersebut menjadi latar belakang kemunculan id dalam diri Gina. Keinginan Gina untuk mempunyai Hp agar bisa mengikuti ujian online di sekolahnya disampaikan kepada Ayahnya, meski Gina harus menunggu lama. Hal tersebut dapat dilihat dalam dialog percakapan antara Gina dan Ayahnya dan gambar adegan kejadian sebagai berikut.
Gina: "Ujian sekarang sistemnya online"
Ayah: "Sistem apa?"
Gina: "Online, ujiannya di internet jadi ngga pake kertas, langsung di computer."
Ayah: "Komputer? Jadi kau harus punya komputer?"
Gina: "Komputernya disediakan sekolah"
Ayah: "Aah... itu baru jelas, tidak salah kau sekolah di sana SMA top itu"
Gina: "Tapi untuk latihan ujian kalau ngga pake leptop bisa pake hp"
Ayah: "Ada hpmu kan?"
Gina: "Ada he tapi ini hp lama ngga bisa buat akses internet."
Ayah: "Aa... ini berarti judulnya ganti hp"
Gina: "Bukan Gina yang minta gantiHp"
Ayah: "Ya, tau Menteri Pendidikan yang menyuruhmu ganti hp."
Kutipan dan gambar adegan tersebut menunjukan ketika Gina menyampaikan keinginanya untuk mengganti hp, id/nalurinya berjalan dilihat dari keberanian Gina menyampaikan keinginannya untuk mengganti Hp kepada Ayahnya, meskipun hal itu bukan sepenuhnya keinginan Gina tapi karena alasan untuk latihan ujian yang mengharuskan agar dia untuk mempunyai hp yang bisa mengakses internet. Id yang muncul dari kutipan dialog di atas adalah keberanian pada diri Gina untuk meminta Hp baru pada ayahnya agar bisa mengikuti pelatihan ujian.
Id yang menggambarkan kepribadian psikologi dalam diri tokoh Gina juga dapat dilihat dari kutipan dialog dan gambar adegan berikut.
Gina: "Wisnu plis deh jangan deketinÂ
aku! Cewek lain kan banyak, aku ngga mau pacaran."
Wisnu: "Ya, aku juga ngga mau pacaran"
Gina: "Bohong"
Wisnu: "Ya terserah"
Berdasarkan kutipan dialog dan gambar adegan di atas, id yang terlihat adalah kekesalan tokoh Gina terhadap tokoh Wisnu yang selalu mengikutinya kemanapun Gina pergi. Pada kutipan tersebut Gina menolak ketidaknyamanan dengan mengatakan ia tidak ingin berpacaran. Gina mengatakan seperti itu agar Wisnu tidak mengikutinya lagi. Namun, meskipun Gina sudah menunjukan sikap kesalnya Wisnu tetap saja masih mengikuti Gina. Hal itu membuat Gina semakin merasa kesal.
Selain itu, id yang menggambarkan kepribadian atau psikologi tokoh Gina juga terlihat dalam adegan saat Gina terdorong hatinya untuk mencarikan pekerjaan tetap untuk Ayahnya tanpa sepengetahuan dari Ayahnya dan tanpa memikirkan apakah ayahnya suka atau tidak itu semua agar Gina bisa kuliah. Dalam adegan tersebut terlihat Gina yang merasa kasihan kepada ayahnya sehingga ia membuat lamaran kerja dengan memakai tanda tangan Gina yang meniru tanda tangan ayahnya. Aspek id dapat terlihat pada kutipan dan adegan gambar berikut.
Ayah: "Salah orang ini, ayah tidak pernah melamar jadi satpam"
Gina: "Gina yang bikin lamarannya,Â
Gina juga yang tiru tanda tangan ayah. Ayah dengar dulu, Gina sebentar lagi kuliah"
Berdasarkan kutipan dialog dan gambar adegan tersebut id dalam diri tokoh Gina adalah keberanian dalam mencarikan pekerjaan untuk Ayahnya hal itu karena sebentar lagi Gina lulus dan ayahnya memintanya untuk kuliah. karena Gina merasa takut ayahnya tidak bisa membiayai kuliahnya sebab pekerjaan ayahnya hanya seorang aktor figuran, maka dia terdorong hatinya untuk mencari pekerjaan tetap bagi ayahnya karena menurutnya apabila ayahnya mempunyai pekerjaan tetap maka tidak akan kesulitan lagi untuk membiayai kuliahnya nanti.
b. Aspek Ego
Aspek ego dalam tokoh Gina yang menggambarkan kepribadiannya pada film 'Sejuta Sayang Untuknya' yaitu dapat terlihat dari kepasrahan tokoh Gina karena tidak memiliki Hp yang bisa digunakan untuk latihan ujian, Gina mencoba pasrah dengan keadaan. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan dialog dan adegan berikut.
Bu Guru: "Gina kalau nilai pelajaran kamu terus menurun kasihan orang tua kamu yang terus membiayai kamu sekolah"
Gina: "Justru kalau nilai saya bagus lebih kasihan ayah"
Bu Guru: "Kenapa?"
Gina: "Kalau nilai saya bagus, nanti ayah nyuruh saya masuk perguruan tinggi, kuliah dapet uang darimana"
Kutipan dialog dan adegan tersebut menggambarkan aspek ego dari tokoh Gina yang terlihat dari kepasrahan tokoh Gina yang belum bisa memiliki Hp untuk mengikuti latihan ujian, karena hal itu Gina merasa pasrah dan memutuskan untuk mendapatkan nilai jelek saja agar ayahnya tidak memintanya untuk melanjutkan kuliah sebab biaya yang dikeluarkan untuk kuliah tentu tidaklah sedikit.
Aspek ego dalam diri Gina juga terlihat saat Gina memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah setelah lulus. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan dan adegan sebagai berikut.
Gina: "Bu, aku sudah putuskan aku nggak akan kuliah"
Ayah: "Nur... nasihatilah anakmu ini ada yang salah dalam kepalanya"
Gina: "Dimana salahnya?"
Ayah: "Nggak kuliah itu salah, pikiran dari mana itu mungkin kau sekolah di tempat yang salah
Kutipan dan adegan diatas menggambarkan aspek ego dalam diri Gina yang mencoba ikhlas untuk tidak melanjutkan kuliah karena melihat kondisi ayahnya yang pekerjaannya hanya sebagai aktor figuran dan honornya sedikit tidak akan cukup untuk membiayai biaya kuliahnya ditambah usia ayahnya yang semakin tua ia tidak ingin ayahnya kenapa-kenapa karena terlalu keras bekerja, sehingga dia memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah setelah lulus, meskipun hal itu ditentang oleh ayahnya yang ingin melihat anak semata wayangnya melanjutkan kuliah.
c. Aspek Superego
Aspek superego dalam tokoh Gina terlihat pada saat Gina tetap membuatkan ayahnya minuman teh sebelum berangkat ke sekolah meskipun semalam Gina dan Ayahnya habis bertengkar, Gina tetap peduli dan perhatian pada ayahnya. Berikut ini kutipan dialog dan gambar adegan yang menunjukkan superego dari tokoh Gina.
Gina: "Yah, Gina minta maaf"
Ayah: "Kalau minta maaf tak perlu kau minta, di kamar ayah ada banyak itu ambil saja sendiri."
Kutipan dialog dan gambar adegan tersebut menggambarkan aspek superego dalam diri Gina yaitu tetap bertingkah laku peduli dan perhatian kepada ayahnya serta meminta maaf kepada ayahnya karena Gina dan ayahnya semalam bertengkar gara-gara Gina cape melihat ayahnya menjadi figuran sehingga ia mencarikan kerja untuk ayahnya. Meskipun pada malam harinya mereka bertengkar Gina tetap menunjukkan perhatiannya kepada sang ayah.
2) Analisis Psikologi Tokoh Ayah (Aktor Sagala)
a. Aspek Id
Aspek id yang menggambarkan kepribadian tokoh Ayah yaitu Aktor Sagala terlihat saat Ayah yang sedang bekerja sebagai figuran dan sedang mendapatkan adegan dikejar oleh para warga karena merampok, ia malah melawan. Padahal dalam skenario seharusnya sang Ayah lari. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan dialog berikut.
Sutradara: "Kenapa kau melawan kan mestinya kau lari"
Ayah: "Bos kalo lari ngga jalan ini logika peristiwanya, maling maling kepergok ya nekat lah dia harus melawan"
Sutradara: "Nggak bisa di dalam skenario ini kan harus lari."
Kutipan dialog dan gambar di atas menggambarkan aspek id dalam diri tokoh ayah. Tokoh ayah berusaha memenuhi dan mengikuti keinginan jiwanya pada saat menjadi seorang figuran dengan melawan para warga saat dirinya merasa terancam padahal dalam skenario yang sudah dibuat oleh sutradara seharunya dia bukan melawan tetapi lari. Hal tersebut dilakukan oleh ayah karena dorongan dalam hatinya yang membuat dirinya melakukan apa yang dia inginkan tanpa mengikuti ketentuan yang sudah ada.
Aspek id dalam diri tokoh ayah juga terlihat pada saat ayah mempertanyakan jadwal syuting kepada salah satu kru. Dia akan menjadi figuran apapun asalkan bisa membelikan hp untuk Gina. Berikut kutipan dialog dan gambar adegan yang menunjukkan aspek id dalam diri tokoh ayah.
Ayah: "Jam berapa ini syutingnya?
Kru: "Emm... ehe... ada perkembangan baru nih abang, tapi tidak enak"
Ayah: "Enak tidak enak harus kuterima yang penting terbeli hp Gina"
Kru: "Begini abang, e... adegan yang abang mainkan the dihilangkan sama sutradara, jadi abang tidak ada syuting hari ini"
Kutipan dan adegan tersebut menggambarkan aspek id dalam diri tokoh ayah. Ayah berusaha mempertahankan id-nya yang ingin menjadi figuran apapun demi membelikan hp untuk Gina dan menjadi figuran adalah hal yang dia sukai. Namun, ternyata keinginan ayah menunggu jadwal syuting menjadi figuran tersebut ternyata tidak jadi dilakukan karena adegan yang akan diperankan oleh ayah dihilangkan. Hal tersebut membuat jiwa ayah merasa kesal karena tidak jadi syuting.
b. Aspek Ego
Aspek ego dalam diri tokoh ayah pada film 'Sejuta Sayang Untuknya' terlihat ketika sang ayah mencoba menerima segala sekenario yang sudah ditulis oleh sutradara agar ia tetap dapat bekerja sebagai figuran. Hal tersebut dapat terlihat dalam kutipan dialog dan gambar adegan berikut.
Ayah: "Ini belajar dari mana penulis skenarionya ini?"
Sutradara: "Ini aku sutradaranya semua aku yang atur oke"
Ayah: "Eh jangan lah kesana kau, kau tinggal minta apa yang harus kulakukan ya aku mainkan itu"
Sutradara: "Sudah begini aja kau jatuh bangun lari ambil honor bubar beres"
Kutipan dan gambar adegan di atas menggambarkan aspek ego dalam diri Ayah yang mencoba menerima segala peran yang sudah ditentukan oleh sutradara hal tersebut dilakukan agar sang ayah tetap mendapatkan uang untuk kebutuhan anaknya. Meskipun ego dalam diri ayah mencoba menolak keinginan dalam dirinya dan mencoba pasrah mengikuti arahan sang sutradara. Sehingga ayah tetap memainkan peran sebagai figuran sesuai yang diarahkan oleh sutradara.
Ego pada diri tokoh ayah juga terlihat pada saat ayah menentang keinginan Gina untuk menjadi satpam agar memiliki pekerjaan yang tetap. Berikut ini kutipan dialog dan adegan yang menunjukkan ego sang ayah.
Gina: "Kuliah itu kan butuh biaya, kalau Gina sambal kerja pasti ngga boleh kan?"
Ayah: "Pasti"
Gina: "Makannnya Gina carikan kerja buat ayah"
Ayah: "Setiap hari aku kerja"
Gina: "Gina ingin ayah punya pekerjaan tetap"
Ayah: "Kau meragukan ayahmu?"
Gina: "Nggak ragu ayah, Gina Cuma mikir kalau nanti kuliah dari mana biayanya?"
Ayah: "Ya dari hasil keringatku lah"
Gina: "Ayah biaya kuliah itu ngga sedikit penghasilan ayah itu nggak akan cukup, ayah coba aja dulu kerja yang lain, ayah..."
Ayah: "Sudah pintar anakku sekarang ya, hebat bicaramu"
Kutipan dan adegan di atas menggambarkan bagaimana ego dari tokoh ayah yang mencoba menolak keinginan Gina anaknya untuk bekerja sebagai satpam agar mempunyai pekerjaan yang tetap. Ayah menolak keinginan Gina tersebut karena ayah tetap mencintai pekerjaannya sebagai figuran meskipun honor yang didapatkannya tidak seberapa tapi pekerjaan tersebut yang paling disukai oleh sang ayah dan ayah mempertahankan egonya tersebut dengan tetap menolak keinginan Gina tetapi tetap bekerja sebagai figuran untuk membiayai kuliah Gina nanti.
Selain itu, ego dalam diri tokoh ayah juga terlihat pada saat sang ayah tetap menginginkan Gina anaknya untuk kuliah meskipun pekerjaannya hanya sebagai figuran. Berikut ini kutipan dialog dan adegan yang menggambarkan ego sang ayah.
Ayah: "Aku mencintai pekerjaanku seni peran, ada doa mamaku yangdititipkan dalam namaku Aktor Sagala tidak ada peran yang kecil kecuali aktor yang tergil dan sekarang izinkan aku memainkan peran sebagai ayahmu"
Gina: "Gina akan jadi beban dalam hidup ayah"
Ayah: "Pikiran dari mana itu?"
Gina: "Biaya kuliah itu besar yah, jangan memaksakan diri."
Ayah: "Gina kau ini anakku satu-satunya, apa yang kulakukan selama ini hanya ingin melihatmu bahagia hanya itu"
Gina: "Pokoknya Gina sudah bulat Gina nggak akan kuliah"
Ayah: "kuliah"
Gina: "nggak"
Ayah: "kuliah"
Gina: "Keras kepala"
Ayah: "Kalo nggak keras ya bukan kepala namanya"
Kutipan dan gambar adegan tersebut menggambarkan ego ayah yang tetap keras kepala ingin menguliahkan Gina anaknya meskipun pekerjaannya hanya seorang figuran sang ayah tetap bersikeras membujuk anaknya agar tetap melajutkan kuliah. Karena sang ayah ingin memberikan kebahagiaan selalu kepada anak semata wayangnya meskipun hal itu membuatnya harus bekerja lebih keras lagi. Meskipun Gina sebagai anaknya menolak keinginan ayahnya tapi ayahnya terus saja membujuk Gina dan akan menguliahkannya dengan hasil kerja kerasnya sebagai seorang figuran.
c. Aspek Superego
Superego yang tampak pada diri sosok ayah dalam film tersebut dapat terlihat pada saat sang ayah mendidik anaknya untuk terus menjadi orang baik dan jujur. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan dialog dan gambar adegan berikut.
Gina: "Yah, Gina minta maaf"
Ayah: "Kalau minta maaf tak perlu kau minta, di kamar ayah ada banyak itu ambil saja sendiri."
Gina: "Kalau hp?"
Ayah: "InsyaAllah, asli bukan yang palsu karena yang palsu tidak akan pernah menjadi lebih baik."
Gina: "Iya ayah"
Ayah: "Jaga suara hatimu dari kepalsuan"
Kutipan dan gambar adegan di atas menggambarkan superego dalam diri sang ayah, ia tetap berusaha terus mendidik anaknya menjadi anak yang baik dan juga jujur dalam kehidupan sehari-hari. Ia tidak ingin anaknya berbohong terhadap sesuatu yang dirasakannya. Sebisa mungkin sang ayah mencoba untuk selalu ada untuk anaknya dan memenuhi apa yang anaknya inginkan.
Superego dalam diri tokoh ayah juga terliat saat ia mencoba sabar dan memaafkan salah satu kru. Berikut kutipan dialog dan gambar adegan yang menunjukkan superego dari tokoh ayah.
Kru: "Abang Acep minta maaf"
Ayah: "Kau tidak salah, yang salah itu para koruptor mereka bukan saja merugikan negara tetapi juga merusak mata pencaharian orang dan hari ini aku jadi korbannya"
Kutipan dan gambar adegan tersebut menunjukkan aspek superego dari tokoh ayah terlihat dari sikap ayah yang sabar dan bisa memaafkan seseorang meskipun pada hari itu ia menjadi kehilangan pekerjaan karena adegan yang seharusnya dimainkan oleh ayah dihilangkan oleh tim. Aspek superego mendorong ayah agar tetap mengambil langkah yang tepat yaitu tetap sabar dan memaafkan kru atau Acep.
E. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang sudah dijelaskan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa psikologis kepribadian tokoh Gina dan Ayahnya dapat dilihat dari aspek id, ego, dan superego. Id yang ada dalam diri tokoh Gina yaitu keberanian Gina menyampaikan keinginannya untuk mengganti Hp kepada Ayahnya, rasa kasihan dalam diri Gina terhadap ayahnya, dan kekesalan tokoh Gina terhadap tokoh Wisnu yang selalu mengikutinya. Kemudian Ego dalam diri Gina diantaranya yaitu pasrah terhadap keadaan, mencoba ikhlas untuk tidak melanjutkan kuliah karena melihat kondisi ayahnya. Lalu, Superego yang ada dalam diri tokoh Gina yaitu bertingkah laku peduli dan perhatian kepada ayahnya.
Sedangkan Id yang ada dalam diri tokoh Ayah yaitu melawan sesuatu saat dirinya merasa terancam, melakukan apa saja untuk bisa menyenangkan dirinya dan membelikan hp anaknya. Selanjutnya Ego dalam diri tokoh Ayah diantaranya yaitu mencoba menerima segala sekenario yang sudah ditulis oleh sutradara agar ia tetap dapat bekerja sebagai figuran, menolak keinginan Gina untuk menjadi seorang satpam, dan keras kepala ingin menguliahkan Gina anaknya meskipun pekerjaannya hanya seorang figuran, Superego yang ada dalam diri tokoh Ayah yaitu tetap berusaha terus mendidik anaknya menjadi anak yang baik dan juga jujur dalam kehidupan sehari-hari serta sabar dan bisa memaafkan seseorang meskipun pada hari itu ia menjadi kehilangan pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Fatawi, N.F. dan Salysa Nurwidiya. (2019). "Analisis kepribadian Tokoh Utama pada Film 'The Miracle Worker' (Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud). dalam Jurnal Al-Fathin Vol.2, Edisi 2.
Freud, Sigmund. 2006. Psikoanalisis Sigmund Freud Terjemahan K. Bertens. Surabaya: Ikon Terelitera
Juraman, S.R. (2017). "Naluri Kekuasaan Sigmund Freud". Jurnal Studi Komunikasi. Vol. 1 Edisi 3. Hal 282-283.
Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sstra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Saputri, T.W., Martono, dan Agus Wartiningsih. (2019). "Psikologi Tokoh Mira dan Maudy dalam Film 'Me Vs Mami' Karya Ody C Harahap". dalam Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa Vol. 8, No. 6.
Rodrick Juraman, S. (2017). "Naluri Kekuasaan Sigmund Freud". Jurnal Studi Komunikasi. Vol 1, Edisi 3
Rokhmansyah, A. (2014). Studi dan Pengkajian Sastra Perkenalan Awal terhadap Ilmu Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H