"Nanti nonton, yuk!"
"Di mana?"
"Bioskop. Kamu sibuk nggak hari ini?" Kale memastikan.
"Nggak juga, sih,"
"Jadi, mau ya? Ya ya ya?" Kalina mengangguk mengiyakan.
"Asik! terima kasih, Ayin. Nanti jam empat aku jemput, ya!" ucap Kale terlalu bersemangat. Kalina belum sempat menjawab, tetapi Kale sudah hilang dari pandangannya. Mungkin karena terlalu bersemangat.
Ayin......
Pukul 16.00, Kale sudah sampai di depan rumah Kalina. "Bunda, aku izin keluar sama Kale, ya." pamit Kalina kepada Bundanya. "Iya, hati-hati. Jangan pulang terlalu malam." Pesan Bunda Kalina. Bunda mengantar sampai depan rumah, sambil mengamati anak laki-laki yang mengajak Kalina pergi.
Di bioskop, mereka menikmati film yang sedang ditayangkan. Dengan memanfaatkan kesempatan yang ada, Kale mulai mencari keberadaan tangan Kalina, lalu menggenggamnya.
"Tanganmu halus banget, Yin," celetuk Kale tiba-tiba. Samar-samar Kalina mendengarnya, pipinya memerah tanpa ia sadari. Ia tidak tahu harus merespon seperti apa. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
Setelah film selesai, Kale mengajak Kalina untuk duduk bersantai di taman kota, sambal menikmati street food yang mereka beli di sekitar taman tersebut.