Tidak Sengaja
Cerita anak oleh Faiq Aminuddin
Namaku Ani. Lengkapnya Lisa Maharani. Sekarang aku sudah kelas lima. Aku baru saja pindah ke desa. Sekarang aku, ibu dan bapakku tinggal di desa Sumberejo. Desanya lumayan dekat dengan pantai. Bapak bekerja di PT Windu Jaya. Tempat kerjanya di ujung desa Sumberrejo.
Hari ini, pagi-pagi sekali bapak sudah berangkat kerja. Bapak minta maaf belum sempat mendaftarkan Ani ke sekolah yang baru. Bapak tidak mau terlambat apalagi di hari pertama. Ibu juga masih sibuk merapikan rumah. Barang-barang masih banyak yang menumpuk di ruang tamu. Tadi aku membantu ibu sebentar. Sepertinya ibu tahu kalau aku ingin bermain.
“Ani boleh bermain dulu lho. Nanti kalau mau, bantu ibu lagi ya …” Tawaran ibu ini langsung aku manfaatkan.
“Terima kasih, Bu. Ani mau naik sepeda lihat-lihat sekitar dulu.”
“Iya, hati-hati. Ohya. Jangan lupa pakai topi dan bawa air minum.”
“Siap, Bu.”
Kukayuh sepedaku ke arah barat. Kata bapak, di sebelah barat ada sungai. Di seberang sungai itu ada persawahan. Aku tidak yakin mau melihat sungai dan sawah. Aku hanya mengayuh sepeda pelan-pelan. Kunikmati udara segar pedesaan. Ada banyak pohon asem, randu dan trembesi di kanan-kiri jalan yang aku lalui.
Aku berhenti sejenak di dekat gerbang sekolah. Halamannya lumayan luas. Ada pohon trembesi besar di kanan kiri gerbang masuk. Mungkin besok, aku didaftarkan di sekolahan ini. Kulihat halaman sekolah sudah sudah sepi. Hari sudah mulai siang. Murid-murid tentu sudah masuk kelas dan mulai pelajaran.
Kulanjutkan mengayuh sepeda ke arah barat. Tidak lama kemudian sudah sampai di sungai yang ceritakan bapak. Ternyata letaknya tidak begitu jauh dari rumah. Aku berhenti di bawah pohon randu. Di bawah pohon randu ada sepeda yang roboh. Entah sepeda siapa. Aku coba menengok ke kanan dan kiri. Tidak kulihat ada orang. Aku lihat ke depan dan belakang, juga tidak ada orang.
Sebenarnya aku ingin mendekat ke sungai. Menurutku lumayan berbahaya kalau bermain sendirian di sungai. Apalagi aku tidak bisa berenang. Entah mengapa suasana yang sepi ini tiba-tiba membuatku khawatir. Maka aku segera minum tiga teguk air dari botol. Aku memutar sepedaku ke arah timur dan segera mengayuhnya.