Ga ada jawaban. Beberapa lama dia buat suasana terdiam.
“kesepian ini membuatku putus asa, lebih baik aku mati saja” ahirnya dia mulai buka percakapan. Tapi bukan kata-kata itu yang ingin aku dengar.
“kamu yakin? Mati kok dipaksakan, toh nanti akan ada waktunya dia datang” kumatikan rokok
“kata-katamu selalu bijak, namun nyatanya kamu orang menyebalkan” jawabnya ketus
Mati kata aku sekarang. Dia bayangan, apa yang dikatakan tentang aku pasti benar. Masak iya aku segitunya.Gerutuku dalam hati.
“kenapa diam?” tanyanya menyadarkanku.
“gapapa, hanya bingung aja. Saat aku hendak menata masa depan, sehingga membuatku memiliki sedikit waktu luang. Apa itu suatu kesalahan?”
“tapi bukan berarti melupakanku, tak peduli dengan dengan kesepianku?” matanya mulai menghitam, pelangi di bola matanya memudar.
“udahlah, perdebatan hanya akan membuat suasana semakin runyam, padahal bukan itu yg aku harapkan. Apakah senyummu sudah hilang?”
Hanya ada keheningan di keramaian.
“Tumben kamu menemuiku dikeramaian? Biasanya hhanya sendirian diteras rumahmu. Aku jadi rindu suasana rumahmu yg tenang” pelangi dimatanya mulai berwarna lagi.