Ketiga, perjuangkan cinta untuk keberkahan. Relasi antarinsan dengan jarak aman dan nyaman akan memberikan ruang privasi yang cukup kepada setiap pribadi untuk berkembang dengan maksimal secara sosial dan psikis.Â
Kemampuan kita untuk "keluar-masuk" pada jarak aman itulah yang justru akan memperkaya kita dengan kerinduan dalam kewajaran. Ya, jarak akan memberikan kita kesempatan merasakan kembali rasa itu: rindu.Â
Rasa inilah yang kini tengah meruang dalam batin kita. Kita ingin bertemu banyak orang yang kita cintai, tetapi situasi punya hukumnya sendiri. Di panggung ini akhirnya aku bertemu Goffman dan Chomsky.Â
Ketika luka harus tersembuhkan justru dengan kerinduan yang belum menemukan muaranya. Biarlah kini dzikir dan munajad meruang dalam segala kemungkinan.Â
Semoga rasa ingin bertemu ini menjadi energi yang menghidupi penghujung malam kita. Kalau pun saatnya tiba, kita masih berkesempatan menitipkan cinta yang tak berubah ini kepada semesta: utuh!
Mari, kita perjuangkan jarak aman itu tidak hanya sebatas nyaman tapi juga untuk cinta. Dengan itulah kita belajar istiqomah dengan apa yang dulu kita komitmenkan dengan penuh kesadaran.Â
Bukankah Anda juga ingin punya rasa rindu yang wajar dan manusiawi? Untuk itu, mari kita perjuangkan jarak aman, jarak nyaman, dan jarak cinta untuk keberkahan. Wallahu a'lam bi al-shawab.
Depok, 25 Maret 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H