Kemauan untuk bangkit senantiasa diberikan ruang oleh Allah.Perjuangan menjadikan sebuah kenyamanan tetap dalam koridor aman akan dimudahkan. Sekarang, mari kita melangkah.
Pertama,ambillah jarak dan keluarlah. Mari kita hampiri dunia dalam jarak aman dan nyaman. Anda akan lebih utuh dan objektif memandang dunia (organisasi, perusahaan, masyarakat) Anda pada jarak tertentu. Sudut pandang itu memungkinkan kita untuk dapat memilih strategi terbaik.Â
Yang sublim biasanya sulit untuk menilai. Kesubliman tidak selalu berbanding lurus dengan apresiasi dan rasa syukur. Rasa syukur yang benar adalah tindakan nyata, gerak perbaikan, dan karya inovatif. Mari syukuri kesubliman yang tetap memberi ruang kritis demi kreativitas.
Kesubliman ini memaksa kita untuk berhati-hati dalam berencana dan berbuat. Yang beruntung adalah mereka yang tak sedikit pun tergoda dengan yang fana. Catatan pasti tidak akan sempurna dan itu ruang kewajaran untuk semua.Â
Pada proseslah kita berbiak sebaik mungkin untuk sebuah hasil yang bisa menyelamatkan kita dari kesia-siaan. Akhirnya, kita harus kembali bergegas dan cermat mengemasi perbekalan untuk keabadian. Semoga kita diberi kemampuan.
Kedua, belajarlah untuk berjarak. Larut pada banyak situasi dan relasi seringkali membuat kita tidak punya kesempatan untuk menggenapkan mimpi sendiri. Benarkah hidup kita hanya akan menjadi bagian dari perwujudan impian orang lain? Tentu tidak.Â
Kita ingin menjadi aktor dalam semua kapasitas dan kapabilitas yang paling mungkin. Belajarlah berjarak dalam ketawadukan dengan tetap respek kepada semua orang yang bermakna dalam hidup kita.Â
Bukankah cinta adalah ruang mahaluas untuk setiap pribadi menjadi yang terbaik di bidang dan tempat yang paling diminatinya? Kehormatan tidak terletak pada larut dalam kesetiaan yang menjemukan tanpa pilihan tetapi ruang dialog yang cerdas untuk tumbuh dalam semua kemungkinan fitrah kemanusiaan.Â
Biarlah kita tumbuh dalam sikap kritis yang membangun untuk berkarya daripada tetap ada dalam kepengapan sikap seolah-olah dan cenderung hipokrit.
Belajarlah menukar harapan-harapan semu yang melibatkan makhluk dengan apa yang bisa kita maksimalkan dari peluang yang Allah hadirkan. Belajarlah memaknai sesederhana apa pun sesuatu yang lahir dari ketulusan daripada terus terbuai angin surga penuh intrik politik.Â
Seseorang yang menjadikan dunia tetap berjarak dari kesucian misi hidupnya, akan memperoleh ruang kontemplasi dan kesadaran. Mereka yang larut dan lupa tujuan akan "kesinggahannya" itulah yang tertipu karena akan selamanya di dunia.