Mohon tunggu...
Fahriyah Nur Malinda
Fahriyah Nur Malinda Mohon Tunggu... Koki - SMKN 37 JAKARTA

Kelas XI Kuliner 4 Umur 16 tahun, Hobi baca novel dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Djuanda

18 November 2020   08:16 Diperbarui: 18 November 2020   08:27 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Syukurlah cucu kesayangan nenek akhirnya sadar." Neneknya menangis bahagia melihat cucunya sadar setelah seminggu berlalu sambil memegang tangan Juan dengan erat.

"Mama sama papa dimana nek?" Nenek berhenti menangis lalu diam beberapa saat, berganti menatap sendu cucunya.

"Jawab nek." teriak Juan dengan seperti sedang marah. Karena Juan masih berharap hal yang tidak dia inginkan tidak terjadi.

"Nenek, mama papa baik-baik saja kan? Mereka nggak terluka kan? Nek... jawab aku... Mereka masih hidup kan? Mereka... nggak pergi kan nek?" Bertubi-tubi pertanyaan Juan membuat neneknya terpaksa jujur menjawab dengan menggelengkan kepalanya pelan lalu ikut menangis sambil memeluk Juan dengan erat.

"Kenapa bukan aku saja yang pergi nek? Kenapa mereka nek?"

"Apa aku berbuat suatu kesalahan sampai tuhan membawa mereka pergi?"

"KENAPA BUKAN AKU NEK. KENAPA?!" Teriak Juan dengan tangis yang semakin menjadi-jadi. Nenek hanya bisa memeluknya erat takut hal yang tak diinginkan terjadi.

"Apa tuhan marah sama aku nek? Karena suka nggak nurut sama mama kalau makan nggak dihabiskan? Atau karena nilai matematika ku yang jelek jadinya tuhan marah sama aku, iya?" Jawaban polos Juan membuat nenek semakin menangis memeluk dirinya.

"Enggak, nggak mungkin kan nek? Nggak kan? Mereka pasti sekarang lagi istirahat kan nek? Jawab aku nek..." Mohon Juan dengan suara serak dan lemas. Nenek hanya memeluk dirinya dengan erat, Juan pun kembali tak sadarkan diri. Karena kata dokter dia mengalami syok karena baru sadarkan diri sudah mendapatkan berita seperti itu. Dan Juan kembali masuk kealam mimpi. Juan berharap itu hanya mimpi buruk, tapi takdir memang tak sebercanda itu.

Setelah menginap beberapa hari dan hari ini dipastikan dia akan keluar dari rumah sakit. Dimata Juan terlihat sudah tak ada air mata lagi yang keluar. Hanya muka datar yang terpampang jelas di sana.

Tidak selamanya mereka berada disisi kita, cepat atau lambat mereka yang sangat kita cintai dan sayangi pasti akan meninggalkan kita. Sayangnya, dia kehilangan diwaktu yang cepat. Karena kita juga manusia biasa, tak dapat mengubah takdir Tuhan seperti apa yang kita mau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun