Mohon tunggu...
Fahriyah Nur Malinda
Fahriyah Nur Malinda Mohon Tunggu... Koki - SMKN 37 JAKARTA

Kelas XI Kuliner 4 Umur 16 tahun, Hobi baca novel dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Djuanda

18 November 2020   08:16 Diperbarui: 18 November 2020   08:27 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang pergi biarlah pergi, yang tinggal sudah semestinya dijaga.

***

Kejadian 2 tahun yang lalu.

Pagi yang cerah menjelang akhir libur panjang. Papa, mama dan Juan memilih berlibur ke Jepang untuk tempat wisata liburan entah keberapa kalinya. Karena suasana di sana nyaman sekali, apalagi saat berada ditaman berisi pohon sakura yang sangat indah membuat mereka betah berlama-lama di sana.

"Djuanda, ayuk bangun nak nanti kita ketinggalan pesawat. Katanya kamu nggak sabar kasih oleh-oleh ke Kisa." Kisa adalah sahabat Juan karena mereka tetanggaan dan juga sering bermain bersama.

"Hah? Ini sudah pagi ma?" Tanya Juan sambil mengusap pelan matanya.

"Iya sayang. Cepat mandi sana ya. Siap-siap." Juan hanya menjawab dengan anggukan kepala lalu bergegas mandi dan pulang ke Indonesia.

Sesampainya di bandara mereka mulai mencari loket tiket dan pintu masuk menuju pesawat. Setelah menemukan tempat duduk, Juan memilih duduk diantara kedua orangtuanya. Tak lama pesawat lepas landas menuju Indonesia.

Tiba-tiba pesawat kehilangan kendali membuat semua penumpang panik. Mesin pesawat lepas kendali tak berfungsi. Baling-baling pesawat mengeluarkan asap yang semakin lama semakin besar. Penumpang buru-buru memakai pelampung dan gas oksigen untuk bernapas.

Rasanya Juan ingin menangis kencang saat itu juga. Kedua orang tuanya memeluk dirinya erat dan ia pun membalas memeluk mereka. Tapi sayangnya takdir berkata lain pesawat itu jatuh dan meledak dipantai sebuah pulau asing itu.

Dengan terbatuk-batuk Juan sadarkan diri dari pingsannya. Dia membuka mata perlahan tapi yang ia lihat hanyalah tembok putih bercahaya.
"Aku dimana?"

"Dok, cucu saya sudah sadar dok." Dokter lanjut memeriksa Juan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun