Mohon tunggu...
Fahriyah Nur Malinda
Fahriyah Nur Malinda Mohon Tunggu... Koki - SMKN 37 JAKARTA

Kelas XI Kuliner 4 Umur 16 tahun, Hobi baca novel dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Djuanda

18 November 2020   08:16 Diperbarui: 18 November 2020   08:27 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Katanya jika kita sedang merasakan sedih yang tak bisa kita deskripsikan dengan kata-kata. Maka musik lah yang bicara.
Dia hanya seorang anak kecil berumur 10 tahun yang terpaksa harus merasakan lebih dulu, apa yang dimaksud dengan kehilangan.

Seorang anak lelaki yang sedang duduk sendirian dengan wajah tanpa ekspresi menatap alat musik didepannya terdapat sebuah piano berukuran lumayan besar. Dia mulai memainkan jarinya dengan lihai dan alunan lagu berjudul "Nocturne" karya Chopin yang merupakan lagu favoritnya mengalun di dalam ruangan ini.

Nada demi nada melantun lembut menyambut malam hari dengan suasana yang tak dapat dia deskripsikan. Disana hanya dia seorang yang dapat mendengar permainannya itu. Tak lama suara decitan pintu terdengar, dengan perlahan ia mengakhiri permainannya itu. Suara yang sangat familiar memanggil dirinya.

"Juan."

"Iya, nek?" Dia menolehkan kepala lalu melihat neneknya berjalan menghampiri nya. Kemudian sang nenek duduk di sofa yang terletak diruangan ini. Ah iya, pasti nenek terbangun karena tahu alasan kenapa dirinya bermain piano dimalam hari.

Juan berdiri menghampiri nenek, lalu duduk disebelahnya. "Kenapa nek? Mau Juan buatin teh Melati kesukaan nenek?" Tawar Juan.

"Nggak Juan. Kesini, nenek ingin bilang sesuatu sama kamu." Jawab nenek dengan senyuman hangat dibibir nya sambil menganggukkan kepala menyuruhnya untuk duduk bersama. Kemudian Juan perlahan menghampiri nenek dan duduk dengan manis disampingnya.

"Juan, ingat selalu kata-kata nenek ya. Tidak ada kebahagiaan yang abadi. Kesedihan pun begitu, tidak ada yang abadi. Cepat atau lambat semuanya pasti akan membaik. Jangan sedih ya nak."

Juan hanya bisa menatap nenek dengan sendu kemudian memeluk nenek dengan erat seakan tak rela melepaskan untuk kesekian kalinya. Kemudian Juan berucap pelan seraya menggigit ujung bawah bibirnya dengan kedua tangannya yang gemetar.

"Aku rindu mereka nek. Aku rindu." Tangisnya pecah setelah pengaduan kecil itu. Nenek membalas memeluknya sekaligus memberikan elusan kecil dikepala Juan.

"Ngga apa apa, nangis aja. Nenek disini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun