Â
Namun takdir berkata lain. Qais yang telah lulus dari pondok pesantren merasa sudah tidak punya harapan lagi. Mungkin jika digambarkan, hidup Qais kini seperti pecahan kaca yang sudah tidak dapat disatukan lagi. Hancur berkeping-keping. Dikarenakan mendengar kabar meninggalnya Layla. Layla meninggal karena kanker otak yang dideritanya sudah tidak dapat disembuhkan lagi. Dan keinginan Qais untuk hidup bersama Layla pun pupus sudah. Qais tidak tau lagi apa yang harus dia lakukan. Hari-harinya hanya diselimuti kesedihan. Dia lebih banyak melamun dan mengurung diri di dalam kamar. Orang tua Qais pun merasa khawatir dengan kondisi Qais saat ini. Namun orang tua Qais juga tidak tahu apa yang harus di lakukan. Akhirnya untuk mengisi hari-harinya yang sedih dan untuk menghibur diri, Qais membuat puisi untuk Layla. Sudah banyak puisi yang dia buat untuk Layla.
Â
Duhai Tuhanku
Adakah malam bisa menyatukan diriku dengan Layla?
Atau biarkan angin malam menyebut namanya
Sebagai ganti pesona parasnya
Karena sama saja bagiku
Melihat Layla atau menatap purnama
Dan Qais berjanji akan terus memegang janji sucinya. Janji untuk selalu mencintai Layla. Untuk nanti dan selamanya.