Â
"Ya Allah Gusti... paringi kulo sabar ngladeni santri setunggal niki...[2]" gumam pengurus keamanan itu. Pak kyai yang melihat kejadian ini dari kejauhan hanya bisa berdo'a untuk kebaikan santri ini. Semoga santri ini bisa menjadi lebih baik kedepannya.
Â
"Baiklah kalau begitu. Sebagai konsekuensi karena kamu telah melanggar peraturan, maka kamu harus dihukum. Besok pagi kamu harus membersihkan seluruh kamar mandi santri putri. Harus sampai bersih"
Â
"Halah, itu hal gampang. Sudah hampir setiap minggu juga aku dapat hukuman seperti itu" kata Qais sambil berlalu meninggalkan ruangan kemanan itu. Pengurus keamanan itu hanya bisa mengelus dada menghadapi kelakuan santri ini.
Â
Â
Hukuman yang Menyenangkan
keesokan harinya setelah shubuh, Qais langsung menuju kamar mandi santri putri untuk melaksanakan hukuman atas pelanggaran yang telah dia lakukan. Ya, namanya Qais. Lengkapnya adalah Muhammad Qais, seorang santri yang datang jauh-jauh dari kota ke desa hanya untuk memenuhi keinginan orang tuanya yang ingin melihat Qais menjadi orang yang 'alim. Ya setidaknya bisa mengimami tahlil di rumahnya. Namun, tingkah laku Qais di pondok malah tidak sesuai dengan keinginan orang tuanya. Yah, mungkin karena dia terlalu lama hidup dalam kemewahan. Jadinya dia tidak krasan tinggal di pondok.
Â