Mohon tunggu...
Fahmi Alfansi Pane
Fahmi Alfansi Pane Mohon Tunggu... Penulis - Tenaga Ahli DPR RI/ Alumni Magister Sains Pertahanan Universitas Pertahanan Indonesia

Hobi menulis dan membaca, aktif mengamati urusan pertahanan, keamanan, dan politik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Konflik Laut China Selatan: Ancaman Kedaulatan dan Strategi Mitigasinya

22 Mei 2024   16:43 Diperbarui: 22 Mei 2024   16:49 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

 

            Pertama, Indonesia perlu memperkuat diplomasi pertahanan dan militer, baik melalui jalur satu diplomasi (pejabat resmi pemerintah), jalur dua diplomasi (diplomasi informal oleh kelompok masyarakat, akademisi/peneliti, jurnalis, dan lain-lain), maupun diplomasi jalur 1,5 yang merupakan kombinasi jalur satu dan dua. Diplomasi pertahanan dan militer juga dapat dijalankan secara bilateral/trilateral, dan multilateral.

 

Diplomasi pertahanan secara bilateral paling mutakhir adalah kunjungan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ke China, Jepang, dan Malaysia pada awal April 2024. Kunjungan Menhan yang juga Presiden terpilih 2024-2029 tersebut menunjukkan strategi penyeimbangan dalam menciptakan stabilitas kawasan Indo-Pasifik karena Prabowo mengunjungi China di satu sisi, dan pada sisi lain mengunjungi Jepang dan Malaysia. Diplomasi penyeimbangan antarblok seperti ini perlu dilakukan di masa depan sehingga sengketa teritorial di LCS dapat dimitigasi.     

 

Diplomasi pertahanan juga dapat dilakukan melalui organisasi mapan seperti ASEAN, baik melalui forum pertemuan Menteri Pertahanan se-ASEAN (ASEAN Defence Ministerial Meeting/ADMM), maupun forum pertemuan Menteri Pertahanan se-ASEAN Plus negara-negara mitra dialog ASEAN (ADMM Plus). Saat ini mitra dialog ASEAN berjumlah delapan negara. Para mitra dialog dalam ADMM Plus adalah Australia, China, India, Jepang, New Zealand/Selandia Baru, Korea Selatan, Rusia, dan AS. Diplomasi pertahanan multilateral ASEAN ini juga memperlihatkan model diplomasi penyeimbangan antarblok, baik AS dan sekutunya, maupun China dan Rusia.   

 

Forum ADMM juga berguna untuk memperkuat sentralitas ASEAN bidang pertahanan dan keamanan, termasuk memperkuat kesepahaman dalam perumusan Kode Berperilaku di Laut China Selatan (Code of Conduct/CoC). Adapun ADMM Plus menjadi forum ASEAN untuk berdiplomasi lebih terbuka di antara negara-negara besar yang berkompetisi di LCS, seperti AS, Australia, Jepang dengan China. Terlebih, dalam situs ASEAN juga disebutkan fokus ADMM Plus saat ini bekerja sama dalam tujuh bidang, yaitu keamanan maritim, kontraterorisme, bantuan kemanusiaan dan manajemen bencana, operasi pemelihara perdamaian, kedokteran militer, penanganan ranjau, dan keamanan siber (selengkapnya lihat https://admm.asean.org/index.php/about-admm/about-admm-plus.html). Sekurang-kurangnya ADMM Plus dapat dimanfaatkan memitigasi risiko konflik di LCS melalui pembicaraan mengenai keamanan maritim, bantuan kemanusiaan dan manajemen bencana, operasi pemelihara perdamaian, dan kedokteran militer.

Lebih dari itu, diplomasi pertahanan meredam risiko konflik LCS dapat dilakukan melalui pertemuan-pertemuan internasional bidang pertahanan dan keamanan, semacam Jakarta International Defense Dialogue (JIDD) yang pernah digelar di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Shangri-La Dialogue di Singapura, dan sebagainya. Pada Shangri-La Dialogue Juni 2022, Menteri Pertahanan Prabowo duduk semeja dengan Menteri Pertahanan China dan AS. Ini memberi kesempatan untuk dialog yang lebih cair guna meningkatkan kepercayaan satu sama lain. Seyogianya pemerintah Indonesia mendatang mempertimbangkan penyelenggaraan kembali JIDD untuk memperkuat diplomasi pertahanan Indonesia.   

            Hampir sebangun dengan diplomasi pertahanan, diplomasi militer yang dijalankan TNI juga dapat menjadi strategi mitigasi konflik LCS. Selama ini TNI menjalankannya melalui pertemuan petinggi militer, latihan militer bersama, pertukaran perwira siswa, dan sebagainya. Salah satu latihan militer yang rutin dilakukan setiap tahun adalah Super Garuda Shield (dulu bernama Garuda Shield) yang awalnya latihan militer bilateral antara Angkatan Darat Indonesia dan AS, lalu berkembang menjadi latihan militer multilateral dengan beberapa negara pengamat. Saat disebut Super Garuda Shield, latihan multilateral ini menjadi latihan militer gabungan antarmatra.

            Indonesia juga menggelar rutin Latihan Multilateral Laut Komodo (Multilateral Naval Exercise Komodo/MNEK). Latihan Komodo mampu mengikutsertakan negara-negara besar, seperti AS, China, dan Rusia seperti MNEK tahun 2023, seperti juga tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan diplomasi pertahanan dan militer Indonesia mampu melibatkan negara-negara besar yang berbeda kubu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun