Â
Usaha "Ekspor" IN ke Seluruh Dunia
Â
Timur tengah merupakan tempat kelahiran agama islam. Sedangkan  banyak sekali Konflik yang mengatasnamakan agama (islam) yang tak kunjung usai di berbagai belahan dunia, memunculkan keresahan di kalangan bagi umat Islam, maupun umat lainnya. Mereka mulai mempertanyakan ajaran Islam. Benarkah Islam mengajarkan kekerasan, peperangan, pembunuhan, dan pengeboman atas nama agama? Di manakah Islam yang damai, humanis, dan toleran itu?
Â
Dari pertanyaan itu, bagi orang-orang NU sangat dimaklumi karena Islam memiliki berbagai model, tergantung dari penafsirannya terhadap teks. Tidak ada yang salah dari ajaran Islam. Yang perlu dikoreksi adalah orang-orang yang menafsirkan ajaran agama itu, dan kontekstualisasinya dalam budaya tertentu. Ini dibuktikan dengan adanya Islam model Islam Nursantara (IN) yang ada di Indonesia. Namun Islam Nusantara tidaklah anti Arab, karena bagaimanapun juga dasar-dasar islam dan semua referensi pokok dalam ber-islam berbahasa Arab (www. nu.or.id 2016).
Â
Atas dasar inilah, NU sebagai lembaga yang mempraktekkan Islam Nusantara (IN) berkeinginan "mengekspor" nya ke berbagai belahan di dunia. Ini sebagaimana diungkapkan Nur Syam, bahwa sudah saatnya Islam Nusantara diekspor ke luar dan menjadi salah satu ikon internasional. Islam ala Indonesia ini akan menjadi sumbangan Indonesia untuk dunia. (nu.or.id). Sebagaimana dinyatakan pula oleh Imam Aziz (nu.or.id), bahwa Islam Nusantara (IN) seharusnya menunjukkan posisi strategisnya sebagai "agen" Islam rahmatan lil 'alamiin di Indonesia dan di seluruh dunia. Kalaupun ada yang mempertanyakan posisi Indonesia itu jauh dari tempat turunnya wahyu (Arab), tidaklah menjadi masalah. Dalam aspek pemahaman, pengamalan dan budaya Islam Nusantara (IN) sangat menjanjikan untuk dijadikan pegangan dunia Islam, dengan dibuktikan oleh peran Islam Nusantara (IN) dalam sejarah Indonesia yang mampu menjaga perdamaian dalam sejarah kebangsaan Indonesia. Sedangkan menurut Imam Bukhori dan Musthofa Bisri, akhir-akhir ini kecederungan dunia mulai melirik model keberagamaan IN. (nu.or.id). Ini menunjukkan keinginan mendakwahkan IN ke skala global bukan hanya datang dari internal NU, melainkan tokoh-tokoh Dunia. James B. Hoesterey misalnya, memprediksikan IN layak dijadikan contoh internasional:
Â
"Sebagai seorang antropolog yang sudah lama melakukan penelitian di Indonesia, saya senang bahwa dunia luar dan wakil-wakil serta duta besar dari negara masing-masing dapat mendengarkan sedikit lebih dalam mengenai Islam di Indonesia yang mungkin tidak sama dengan Islam di negara mereka, misalkan Arab Saudi. Kalau kita lihat ke depan, mungkin Indonesia bisa menjadi contoh" (www.nu.or.id 2016).
Â