Mohon tunggu...
Abd Ghoni Fahmi
Abd Ghoni Fahmi Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa UIN KHAS Jember

Ilmu Hadits 21

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam Nusantara: Relasi Islam dan Budaya Lokal

15 Juni 2022   21:45 Diperbarui: 15 Juni 2022   22:11 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bahkan pada tataran praktis konsep IN menginspirasi Afganistan-negara Islam yang sampai hari ini masih bergelut dengan perangan atas nama agama guna membentuk organisasi masyarakat yang bertujuan untuk kemaslahatan umat. Pendapat yang sama juga dilontarkan Dr. Chiara Formichi, bahwa banyak pelajaran yang bisa dipetik dari Islam di Indonesia, yakni Islam Nusantara (IN) bisa menjadi contoh untuk mengerti mengapa seseorang memeluk Islam. (www.nu.or.id 2016).

 

Berdasarkan ungkapan-ungkapan "menjadi contoh", "menginspirasi", "dijadikan pegangan dunia Islam", "ikon internasional" dan "melirik model keberagamaan Islam Nusantara (IN)" di atas, menunjukkan bahwa Islam Nusantara merupakan konsep ideal dalam mendakwahkan Islam dengan cara berdialog dengan budaya lokal secara damai, sopan-santun, dan tanpa kekerasan.

 

Kesimpulan 

 

            Konsep dalam Islam Nusantara, intelektual NU menggunakan delapan pendekatan yakni filsafat, budaya, linguistik, filsafat hukum, hukum, historis-antropologis, historisfilologis dan sosiologis-antropologis-historis. Dalam menjelaskan konsep ini, intelektual NU memberikan frasa (istilah lain) lagi yang memberikan spesifikasi maknanya. Selain itu, IN memosisikan Islam sebagai sistem nilai, teologi, dan fiqih-ubudiyyah yang memengaruhi budaya Indonesia dengan karaktersitik tertentu. IN yang mampu berdialog dengan budaya Indonesia dengan damai, tanpa kekerasan, serta pengakuan tokoh-tokoh dunia, maka para intelektual NU ingin mendakwahkannya pada skala Internasional. Hanya saja, konsep IN yang ada di web resmi NU ini lebih banyak didominasi pendapat dari STAINU Jakarta yang bisa jadi belum mewakili NU secara umum (baca: kultural). Selain itu, penjelasannya pun tampak elitis, sehingga warga NU pada tataran "akar rumput" (lapisan bawah) belum mampu memahaminya. Atau bisa jadi, penciptaan istilah-istilah baru untuk menjelaskan IN justru semakin mengaburkan makna IN itu sendiri.

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun