Mohon tunggu...
Abd Ghoni Fahmi
Abd Ghoni Fahmi Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa UIN KHAS Jember

Ilmu Hadits 21

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam Nusantara: Relasi Islam dan Budaya Lokal

15 Juni 2022   21:45 Diperbarui: 15 Juni 2022   22:11 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 

Munculnya istilah tentang Islam Nusantara banyak mengundang pro dan kontra dari kalangan masyarakat termasuk dari para insan Akademis.  Islam yang diturunkan adalah islam untuk semua kaum muslimin dimanapun dari belahan dunia. Perdebatan mengenai istilah Islam Nusantara (IN) di kalangan intelektual NU terletak pada label kata "nusantara" yang mengikuti kata "Islam".[5] Jika diberi label nusantara maka akan timbul kesan serta pemahaman tentang islam secara parsial dari kalangan umat islam itu sendiri. Tidak ada yang salah dari istilah "Islam Nusantara" untuk itu diperlukan adanya pendidikan pemahaman tentang konsep Islam Nusantara yang diangkat dari kearifan lokal bagi Islam di Nusantara yakni Islam bagi masyarakat Indonesia. Ketika Islam dan Nusantara menjadi frase Islam Nusantara, artinya sangat beragam. Tergantung cara padang atau pendekatan keilmuan yang dipakai.

 

            Pertama, pendekatan filosofis (dalam arti sempit) dalam kajian studi Islam merupakan studi proses tentang kependidikan yang didasari nilai-nilai ajaran Islam menurut konsep cinta terhadap keberanian, ilmu, dan hikmah yang bersumber dari al-Qur'an dan al-Hadits. Sedangkan, pendekatan filosofis (dalam arti praktis) dipahami sebagai pendekatan yang penilaiannya berdasarkan akal (rasional). Ukuran benar dan salahnya ditentukan dengan penilaian akal, dapat diterima oleh akal atau tidaknya[6]. Pendekatan filosofis memaparkan lima istilah. Islam Nusantara (IN) adalah istilah yang bersifat non-positivistik, pisau analisa, islam substantif , dan sebagai sistem nilai. Sebagai istilah, Islam Nusantara, seperti diungkapkan Isom Yusqi (nu.or.id), diposisikan sebagai salah satu pendekatan dalam mengkaji Islam yang akan melahirkan berbagai disiplin ilmu. Seperti fiqih nusantara, siyasah nusantara, muamalah nusantara, qanun nusantara, perbankan Islam nusantara, ekonomi Islam nusantara, dan berbagai cabang ilmu Islam lain atas dasar sosioepisteme ke-nusantara-an.

 

            Di sisi lain menurut Zainul Bizawie (nu.or.id). Islam Nusantara (IN) bukanlah objek keilmuan akan tetapi subjek keilmuan yang bisa digunakan sebagai "pisau analisis" budaya muslim lain. Misalnya, menggunakan kaidah ushul fiqih yang bertujuan maqashid al-syari'ah (tujuan syariat), yaitu terwujudnya kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat, suatu kebaikan dan kemanfaatan yang bernaung di bawah lima prinsip pokok, yaitu hifz addin, al-'aql, an-nafs, dan al-mal. Disini, Zainul Bizawie ingin memposisikan Islam Nusantara (IN) sebagai teori yang mengkaji Islam.

 

             Mustofa Bisri, meletakkan Islam Nusantara (IN) sebagai "sistem nilai" dan penerapannya dalam menanggapi masalah-masalah aktual dari waktu ke waktu. Mustofa Bisri cenderung melihat Islam Nusantara (IN) pada nilai-nilai yang selama ini dipraktekkan, diresapi, dan dijadikan prinsip warga NU, seperti tasamuh (toleran), tawazun (seimbang/harmoni), tawassut (moderat), ta'addul (keadilan), dan 'amr ma'ruf nahi munkar. Sehingga IN ditempatkan secara aksiologis. (nu. or.id).  

 

Sedangkan Quraish Shihab setuju dengan Islam Nusantara (IN) sebagaimana dikutip Fathurrahman Karyadi (nu.or.id), tampak ingin menjelaskan secara ontologis. Terlepas dari pro dan kontra, Shihab melihat IN pada sisi "substansi", bukan bentuk. Apabila ada bentuk (budaya) yang secara substansi sesuai dengan Islam maka akan diterima, jika bertentangan akan ditolak dan direvisi. Inilah prinsip Islam dalam beradaptasi dengan budaya. Jadi Islam itu bisa bermacammacam akibat keragaman budaya setempat. Bahkan adat, kebiasaan dan budaya bisa menjadi salah satu sumber penetapan hukum Islam.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun