Ketujuh, pendekatan historis-filologis yang memunculkan dua istilah, yaitu Islam empirik yang terindegenisasi dan pemikiran khas Indonesia. Islam empirik yang terindegenisasi diinisiasi Oman Fathurraham. Berdasarkan pengalamannya mengkaji naskahnaskah nusantara, ia menyimpulkan Islam Nusantara (IN) adalah Islam Nusantara yang empirik, distingtif sebagai hasil interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi, penerjemahan, vernakularisasi Islam universal dengan realitas sosial, budaya, dan sastra di Indonesia. Konsep Islam Nusantara ada, namun minim data (biografi). Islam Nusantara (IN) tidak hanya menyangkut budaya dan historis, melainkan ekologi yang ada di Nusantara. Ini bisa dibuktikan dari beberapa naskah sastra Nusantara yang menggunakan bahasa melayu, Arab, dan Jawa. IN mampu mencipatakan tulisan baru yang mengintegrasikan Arab dan Jawa/Melayu, yang disebut Pegon. (nu.or.id).
Â
Dengan pendekatan filologis dan sejarah, Mahrus eL-Mawa (nu.or.id), memunculkan "pemikiran khas Indonesia" yang secara historis, berdasarkan data-data filologis (naskah dalam bentuk tulisan tangan), keislaman orang Nusantara (rumpun Melayau) telah mampu memberikan penafsiran ajarannya sesuai dengan konteksnya, tanpa menimbulkan peperangan fisik dan penolakan dari masyarakat. Ajaran-ajaran itu dikemas melalui adat dan tradisi masyarakat.
Â
Kedelapan, pendekatan sosiologis-antropologis-historis yang memunculkan Islam Nusantara (IN) sebagai islam faktual. Islam faktual oleh Irham (nu.or.id), diartikan sebagai respon pemeluknya terhadap Alquran dan hadith, sehingga mengejawantah menjadi keberagamaan (perilaku, pemahaman, dan keayakinan orang beragama). Wujudnya terbentuk dari proses faktualisasi ajaran yang tidak terlepas dari latar belakang sosio-histori umat beragama. Seperti, tingkat pengetahuan, budaya, ekonomi, politik dan sejarah. Dengan latar belakang yang berbeda, sudah tentu keberagamaan yang terwujud pun berbeda. Jadi, ada Islam Arab, Islam India, Islam Nusantara, Islam Amerika dan seterusnya adalah keniscayaan.
Â
Pengaruh Islam terhadap Budaya Indonesia
Â
Budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal), diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai sebagai daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam[7]
Â
Setelah kita mengetahui pengertian diatas, dengan mengacu pada konsep Islam Nusantara (IN) budaya Islam; nilai-nilai islam, teologi (sistem kepercayaan), pemikiran dan praktek ibadah yang bersifat qath'i, juga dianggap sebagai ajaran agama islam yang bersifat arab lokal.Sementara budaya Indonesia adalah pemikiran, perilaku, kebendaan, dan sistem nilai yang memiliki karakteristik tertentu, seperti keyakinan dan kepercayaan yang berbeda-beda, terbuka, egaliter, tidak merasa paling tinggi satu sama lain, sopan-santun, tata krama, toleransi, weruh saduruning winarah dan suwuk, hamengku, hangemot, dan hangemong. Jadi, ini adalah unsur-unsur budaya islam dan nusantara.