Â
Namun demikian, konsep Islam Nusantara (IN) ini pun dianggap kurang matang (hanya sebatas wacana) dalam konteks keilmuan. Menurut Azhar Ibrahim, Universiti Nasional Singapura (nu.or.id), Â karena Islam Nusantara (IN) belum menjelaskan gagasan filsafat yang rasional (belum menghasilkan kesarjanaan Islam yang tinggi). Frasa ini baru muncul sebagai konsep, ketika akan diselenggarakannya muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur. Sementara menurut kalangan intelektual NU, Islam Nusantara (IN) sudah dipraktekkan sejak zaman Wali Songo di Jawa. Bahkan, Islam Nusantara (IN) diklaim NU sebagai konsep dakwah Islam paling ideal dibanding Islam Timur Tengah.
Â
Berdasarkan persoalan di atas, tulisan ini akan mengkaji bagaimana konsep Islam Nusantara (IN) menurut intelektual NU ? Bagaimana posisi Islam Nusantara (IN) ditinjau dari relasi Islam dan budaya lokal (Indonesia)? Mengapa Islam Nusantara (IN) dijadikan konsep dakwah Islam oleh intelektual NU?
Pandangan Intelektual NU
Â
Islam Nusantara (IN) terdiri dari dua kata, islam dan nusantara. Islam berarti "penyerahan, kepatuhan, ketundukan, dan perdamaian" (nu.or.id). Islam  adalah agama yang sempurna, yang mengatur segala aspek dalam kehidupan manusia, baik secara aspek ibadah ( hubungan manusia dengan Allah SWT) maupun secara aspek muamalah (hubungan manusia dengan sesama manusia). Dalam agama islam terdapat lima  ajaran pokok yang mana telah di ungkapkan oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu islam adalah bersaksi sesungguhnya tiada tuhan selain Allah SWT dan Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan puasa dan menunaikan haji bagi yang mampu". (nu.co.id). dalam agama islam terdapat dua pedoman yang selalu dirujuk, al-quran dan al-hadits. Kedua pedoman tersebut memuat ajaran yang membimbing seluruh umat muslim beserta seluruh alam raya ke arah yang lebih baik dan teratur.
Â
      Nusantara merupakan istilah yang menggambarkan wilayah kepulauan yang membentang dari Sumatera hingga Papua, yang sekarang sebagian besar merupakan wilayah negara Indonesia. Kata ini yang tercatat pertama kali yang berasal dari manuskrip berbahasa Jawa sekitar abad ke-12 sampai ke-16 untuk menggambarkan konsep keanekaragaman yang dianut oleh kerajaan Majapahit dulu. Sementara dalam literatur berbahasa Inggris abad ke-19, Nusantara merujuk pada kepulauan Melayu. Setelah sempat terlupakan dan dihidupkan kembali oleh Ki Hajar Dewantoro, memakai istilah ini pada abad 20-an sebagai salah satu rekomendasi untuk nama alternatif suatu negara pelanjut Hindia Belanda yang belum terwujud (Kroef 1951, 166--171). Ketika pengguna nama "Indonesia" ( berarti Kepulauan Hindia) disetujui untuk dipakai untuk ide itu, kata nusantara tetap dipakai sebagai sinonim untuk kepulauan Indonesia. Pengertian ini sampai sekarang dipakai di Indonesia. Karena kepulauan tersebut mayoritas berada di wilayah negara Indonesia. Akibat perkembangan politik selanjutnya, istilah ini kemudian dipakai pula untuk menggambarkan kesatuan geografis -- antropologi kepulauan yang berada di antara benua asia dan australia, termasuk semenanjung malaya akan tetapi tidak mencakup negara filipina. Dalam pengertian terakhir ini, Nusantara merupakan padanan bagi kepulauan melayu (malay archipelago), suatu istilah yang populer pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20, terutama dalam literatur berbahasa inggris[3]. Di Indonesia secara konstitusional juga dikukuhkan dengan Keputusan Presiden (Kepres) MPR No.IV/MPR/1973, tentang Garis Besar Haluan Negara Bab II Sub E. Kata Nusantara ditambah dengan kata wawasan.
Â
Berdasarkan penjelasan diatas, Islam Nusantara (IN) adalah ajaran agama islam al-qur'an dan al-hadits sebagai pedoman dan tuntunan dalam kehidupan sosial masyarakat yang mana di praktekkan oleh Nabi Muhammad SAW yang diikuti oleh penduduk asli nusantara (Indonesia) atau orang yang bertempat tinggal di wilayah tersebut. Pemunculan Islam Nusantara (IN) merupakan ciri Khas Indonesia, di mana Islam Nusantara ini di nyatakan sebagai agama yang universal, dimanafatiskan dalam ajarannya yang mencakup hukum agama (fiqih), kepercayaan (tauhid), serta etika (akhlak). Dalam beragama islam mengajarkan untuk saling menghargai dan saling toleransi, agama yang mengajarkan penganutnya untuk saling menyayangi, mengasihi dan mengayomi tanpa memandang ras, kebangsaan, serta struktur sosial. Dalam hal ini sejalan dengan islam yang ada di Indonesia yang biasa disebut dengan Islam Nusantara (IN).[4] Akan tetapi jika kita kaitkan jika kita kaitkan dengan pandangan setiap muslim atau organisasi islam tertentu, konsep yang ada pada Islam Nusantara (IN) akan menjadi kompleks. Sebagaimana terjadi dalam organisasi Islam terbesar di dunia yakni Nahdlatul Ulama' (NU). Meskipun secara resmi istilah ini di kemukakan sebagai tema muktamar ke-33 di Jombang, yakni "Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan dunia", akan tetapi para tokoh di dalamnya memiliki konsep yang berbeda-beda.