Perlu dicatat bahwa id tidak pernah berkembang atau "matang" sepenuhnya; itu tetap seperti "anak manja" dalam struktur kepribadian kita. Sebagai contoh, bayi yang baru lahir memiliki id yang terdiri dari dorongan biologis dasar, seperti kebutuhan makan, minum, buang kotoran, menghindari rasa sakit, dan mencari kenikmatan seksual.
Id mencakup segala sesuatu yang bersifat impersonal atau anonim, dan berada di luar pemahaman sadar kita. Ini melibatkan kekuatan dasar yang mengendalikan kehidupan psikis manusia, tetapi kita tidak selalu menyadarinya secara langsung.
2. Ego (das Ich)
Ego bisa diartikan sebagai keinginan untuk memenuhi keinginan kita. Tetapi, kita punya kendali atas ego kita sendiri. Kita memikirkan tindakan kita, mempertimbangkan konsekuensinya, dan berusaha berpikir logis. Ego berperilaku realistis karena diatur oleh kenyataan. Ego membuat rencana tindakan untuk memenuhi kebutuhan kita.
Hubungan antara id dan ego bisa dijelaskan seperti ini: ego adalah tempat di mana kecerdasan dan rasionalitas kita berkumpul untuk mengawasi dan mengendalikan id. Id hanya mengenal kenyataan subjektif, sementara ego beroperasi dengan kesadaran, prasadar, atau taksadar. Kebanyakan dari kegiatan ego bersifat sadar, seperti melihat sesuatu, merasakan emosi, atau melakukan proses berpikir.
Ego mengikuti prinsip realitas, yang berarti bahwa kepuasan impuls dari id ditunda sampai situasinya tepat. Ego dapat dianggap sebagai "badan eksekutif" dari kepribadian kita yang memutuskan tindakan yang tepat, impuls mana yang boleh dipenuhi, dan bagaimana cara melakukannya. Ego juga berfungsi sebagai perantara antara keinginan hewaniah dan tuntutan yang rasional dan realistis. Dengan demikian, melalui ego, kita bisa mengendalikan keinginan hewaniah kita dan hidup sebagai individu yang normal dan rasional.
3. Superego (das Ueber Ich)
Superego itu seperti polisi moral dalam kepribadian kita, sering disebut sebagai "hati nurani". Sejak kita kecil, lingkungan sekitar kita memainkan peran besar dalam membentuk dan mengembangkan superego ini. Superego memberikan pedoman moral kepada kita untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah.
Superego mewakili standar-standar ideal dan mendorong kita menuju kesempurnaan, bukan hanya mencari kesenangan semata. Nilai-nilai tradisional dan norma-norma masyarakat yang diajarkan oleh orangtua kita tercermin dalam superego. Fungsi utamanya adalah untuk mengendalikan dorongan-dorongan impulsif yang muncul dari id.
Superego juga terkait dengan imbalan dan hukuman. Imbalan bisa berupa perasaan bangga dan kasih sayang pada diri sendiri, sementara hukuman menciptakan perasaan bersalah dan rendah diri. Superego memiliki dua aspek utama: pertama, suara hati nurani yang merupakan hasil internalisasi dari hukuman dan imbalan; kedua, ego-ideal yang berasal dari pujian dan contoh positif yang kita lihat dari orang-orang di sekitar kita.
Pada tahap awalnya, kita belajar tentang benar dan salah dari orangtua kita melalui proses yang disebut introyeksi. Namun, seiring berjalannya waktu, kita mulai mengembangkan kontrol diri yang menggantikan peran kontrol orangtua.