Kebingungan Gunawan meledak-ledak. Tidak ada waktu. Ia menarik langkahnya kebelakang, gontai. Langkah kaki berlari gelisah, Hana telah tiba dan mendekap adiknya, Mia. Suara di dalam kepala Gunawan kembali bercampur, tidak boleh percaya orang lain. Sedang dalam resah di kepalanya, kekasihnya menatap. Paras cantik itu basah kuyup, kedinginan. Tentu saja itu adalah air mata, menjadi satu dengan basah. Samar dalam sisa kesadarannya, terdengar suara si dukun aborsi menyelinap, tidak ada waktu.Â
        "Gun!" Teriakan Hana mengumpulkan kembali kesadarannya, "Kita harus selamatkan Mia!"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!