Mohon tunggu...
Fadlil Hidayatullah
Fadlil Hidayatullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Malang

Sorang mahasiswa yang menyukai bidang musik dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelap Tersekap

17 Juni 2024   10:03 Diperbarui: 17 Juni 2024   10:03 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                "Aku mengenal seorang dokter, dan aku rasa kau mengerti situasi perempuan ini. ia tidak akan bertahan hidup tanpa seorang dokter. Di sana adalah tempat paling aman dari kota ini. Si tua bangka tidak akan berani mendatangi tempat itu. Putuskan sekarang. Aku yakin kekasihmu belum sampai bertemu dengan tamunya,"

                "Sial, aku tak bisa mempercayaimu!"

                "Kekasihmu seharusnya sudah lari menuju tempat ini,"

                Gunawan tak lagi dapat menahan emosinya. Mereka sudah tahu kemampuan bertarung masing-masing. Lantas begitu saja kepalan tangan sampai di kerah baju si dukun aborsi.

                "Apa yang kau lakukan pada Hana? dan jangan macam-macam dengan Mia,"

                "Aku telah menyuruh seseorang menyampaikan salamku pada kekasihmu. Tamunya sedang sibuk, lebih baik menemuimu di tempat ini," dukun aborsi itu masih tenang di tempatnya.

                "Aku benar-benar tidak mengerti!" Mata gunawan terjatuh pada Mia yang terlelap di sofa, di sebelahnya.

                "Kau mencemaskannya? Aku memberinya obat penenang yang biasa aku gunakan untuk pasien aborsi. Hanya orang kelas atas yang mampu membeli obat itu sekedar demi tak merasakan sakit ketika proses operasi. Terlalu mahal untuk orang-orang seperti kalian,"

                Gunawan melepas tangannya dari kerah si dukun aborsi itu. Situasi ini terlalu mendadak. Musim dingin tidak lagi memiliki arti apapun. Kilat menyambar dan hujan tiba-tiba deras. Di tempat lain Hana belum sampai menemui tamunya. Tanpa sebab yang jelas, seseorang memintanya pergi ke tempat pertemuan. Ada banyak noda darah, tak terlihat, tapi Hana mencium sesuatu yang buruk sedang terjadi. Gunawan dibalut kebingungan. Hujan semakin deras.

                "Belum cukup untuk membuatku yakin. Katakan mengapa kau melakukan semua ini? lagi pula dari ucapanmu, kau tidak seperti orang yang kekurangan uang. Sebenarnya apa alasanmu, mengapa aku harus membantumu untuk imbalan, Dendam?"

                "Dendam? Kau terlalu sentimen, Gun. Setidaknya kau benar akan satu hal, aku tak pernah kesulitan uang. Maka untuk itu aku harus menghancurkan kota ini. Bukankah kau juga sudah muak dengan bedebah-bedebah kaya itu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun