Mohon tunggu...
Fadia Lyra Anjani
Fadia Lyra Anjani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menyukai hal hal yang menarik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Visi Misi Semar pada Upaya Pencegahan Korupsi

10 November 2023   23:21 Diperbarui: 10 November 2023   23:34 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.canva.com/design/DAFzpYexNI0/YKGg0fQ-ZG_WwE08YGAVmw/edit

     Negara Indonesia merupakan negara yang besar dan kaya raya, salah satu wujud kehebatan dan kekayaan negara ini adalah keberagaman budaya yang  dimiliki masyarakatnya. Setiap daerah hidup dengan bahasa dan budayanya masing-masing. Keanekaragaman budaya tentu menjadi anugerah istimewa yang harus selalu dilindungi dan dilestarikan.

     Jika keberagaman budaya yang kita miliki tidak dijaga dengan baik, maka negara-negara  ini akan mengalami perubahan budaya yang dapat berujung pada krisis moralitas anak. Ketika  terjadi krisis moral yang salah satunya disebabkan oleh perubahan budaya, maka akan terjadi  pembiasan budaya akibat dominasi  budaya dunia atas budaya masyarakat Indonesia. Hal ini akan menyebabkan masyarakat kita tidak lagi mengedepankan  warisan luhur budaya nenek moyang, melainkan lebih mengutamakan budaya serapan dari budaya asing.

     Pengaruh budaya ini merambah ke budaya gaya hidup di masyarakat kita. Masyarakat kita yang tadinya hidup dengan prinsip kesetiakawanan, saling membantu dan  memaafkan jika berbuat salah, kini menjadi masyarakat yang saling bermusuhan, saling membenci bahkan berujung pada konflik antar bangsa atau berbagai pihak.

     Banyaknya permasalahan yang  dihadapi bangsa Indonesia saat ini  merupakan krisis multidimensi yang terjadi di berbagai bidang kehidupan, baik ekonomi, politik, sosial dan budaya serta bidang lainnya. Jika kita cermati, semua krisis ini lahir dari krisis moral. Banyak fakta dan kenyataan yang menunjukkan bahwa saat ini sedang terjadi fenomena degradasi moral bangsa.

     Dampak dari krisis moral ini menyebabkan bangsa ini  semakin terdegradasi dan menjadi bangsa yang terbelakang. Negara ini bisa menjadi hantu bagi rakyatnya sendiri. Tren kemerosotan moral bangsa yang terjadi akhir-akhir ini telah dirasakan di seluruh lapisan masyarakat.Krisis moral ini bisa menjadi bom  waktu bagi negara ini, yang sewaktu-waktu bisa meledak.

     Mengingat  pentingnya peran etika dalam kehidupan kita,  harus melakukan upaya serius untuk menyelesaikan dan mengelola krisis etika yang  sedang melanda negeri ini, melanjutkan upayanya untuk menggali nilai-nilai moralitas yang indah dan kuat. Budaya tradisional yang indah. Disadari atau tidak, moralitas merupakan  sesuatu yang mempunyai dampak besar dalam kehidupan kita. Etika merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan sosial manusia.

     Maka sebenarnya diperlukan upaya yang lebih  untuk dapat dengan jelas membentuk ajaran-ajaran moral yang berbeda dari berbagai budaya masyarakat Indonesia , yang apabila dibentuk akan sangat sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia. Upaya yang bertujuan untuk menurunkan ajaran-ajaran etika dari masyarakat lokal Kebudayaan Indonesia  menjadi lebih penting ketika kita menyadari bahwa kita perlu memiliki karakter dan identitas suatu negara. Dengan menggunakan metode hermeneutika , semiotika dan ikonografi, akan dilakukan kajian terhadap berbagai simbol  yang terdapat pada tokoh Semar yang banyak mengandung hikmah moral kehidupan  khususnya mengenai hakikat dasar seorang pemimpin.

https://www.canva.com/design/DAFzpYexNI0/YKGg0fQ-ZG_WwE08YGAVmw/edit
https://www.canva.com/design/DAFzpYexNI0/YKGg0fQ-ZG_WwE08YGAVmw/edit

     Semar Merupakan simbol karakter manusia. banyak hikmah yang bisa dipetik dari tokoh panakawan ini, hal ini sesuai dengan ciri-ciri orang jawa yang selalu mengajarkan segala sesuatu secara simbolik. terdapat ungkapan jawa klasik yang secara gamblang mengungkapkan hal tersebut, yaitu "Wong bahasa jawa iku nggoning semu, sitapi in samudana, sesadone ingadu manis". jawa dimana semua pasemon (simbol) berada, semua disamarkan dengan tujuan agar menjadi indah dan manis. mengekspresikan kemarahan adalah saru (tidak hormat). sikap antar rasa (menjaga emosi) penting dalam menjaga emosi orang lain (Hadiwijaya, 2010, 23)

     citra pemimpin yang terlibat dalam wayang Semar Mbagun Khayangan menunjukan upaya Aemar untuk memperjelas konsep apa itu pemimpin bagi kerajaan Amarta. semar lebih menghormati rakyat jelata dibandingkan dewa utama. Tubuh, Kepribadian, dan Kualitas semuanya berada pada level tinggi tetapi penampilannya sangat dihargai. Semar mudah menangis melihat penderitaan orang yang melayaninya, itulah sebabnya wayang semar selalu berkaca-kaca.

     semar cenderung menangisi orang lain dibandingkan diri nya sendiri. semar sudah tidak peduli lagi, tidak lagi memikirkan dirinya sendiri melainkan hanya memikirkan penderitaan orang lain. Semar sebagai keturunan dewa seharusnya menguasai 'dunia atas' dan menguasai segalanya, tetapi ia memilih hanya menjadi abdi, tidak kaya dan tidak berkuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun