Senyumnya begitu menggugah jiwa, menenangkan, bahkan mampu membuat jantung berdesir. Sayangnya sedikit orang memperhatikan padahal jika mereka bisa membuka mata lebih lebar terdapat surga dunia yang tersembunyi di setiap manusia. Terutama Dia.
Kebanyakan orang memanggil gadis itu Haru yang berarti musim semi. Haru adalah gadis terkuat yang pernah ada. Dibalik kekuatan serta ketegarannya ada banyak duri yang menancap bahkan melilitnya hingga sesak napas. Kata mereka bola mata Haru seputih salju, begitu dingin dan menyeramkan sampai yang bertatapan merinding. Oleh karena itu ke mana-mana kau senantiasa mengikatnya dengan kain putih. Supaya tak ada orang yang ketakutan lagi ketika melakukan kontak mata dengamu.
“Mengapa kau tidak duduk? Pelajaran segera dimulai.” Perintah guru di depan sana.
Ketika memasuki ruang kelas, Haru mengurungkan niat untuk menempati bangku. Tangannya terasa basah saat menyentuh kursi. Ia mencium baunya yang menyengat. Sementara di sisi lain saraf otak Haru menangkap aroma serupa di loker sepatunya.
Dia menghela napas.“Maaf tapi aku tidak bisa duduk ada tumpahan lem di kursi.”
“Terserah kau saja, keluar dan besiswamu dicabut atau kelas tidak akan dimulai.”
Dia menjadi pusat perhatian. Berbagai pasang mata hanya terfokus pada Haru. Sontak ia meneguk ludah terdengar pula desas-desus teman sekelasnya dan tak jarang mereka mengeraskan sedikit volume.
Pada akhirnya ia menyerah. Sayang jikalau beasiswa yang Haru dapatkan dicabut hanya karena tempat dudukku penuh lem. Meski basah dan lengket Haru memaksa duduk senyaman mungkin sambil mendengarkan guru berceloteh mengenai sejarah Indonesia.
Tanpa sengaja telinga Haru menangkap desas-desus siswi iseng tak jauh darinya. “Gue sih mending keluar daripada duduk di sana.”
“Ew menjijikkan!”
“Beasiswa kan bisa dicari, iya enggak girls?”