Diskriminatif dan Kontroversi
Diskriminatif Pemerintah Belanda: Pemerintah Belanda memiliki aturan yang diskriminatif terkait koperasi, yaitu Peraturan Umum Perkumpulan-Perkumpulan Koperasi No. 21, Tahun 1933, yang hanya berlaku bagi golongan yang tunduk pada hukum Barat, sedangkan Peraturan No. 91, Tahun 1927, berlaku bagi golongan Bumiputra. Ini membuat prospek koperasi terbatas dan sulit berkembang secara merata.
Intervensi Jepang: Ketika Jepang menguasai Indonesia, mereka mendirikan "kumiyai" yang sebenarnya hanya digunakan untuk kepentingan Jepang sendiri dan menyengsarakan rakyat Indonesia.
Revitalisasi Pasca-Kemerdekaan
Mohammad Hatta: Setelah Indonesia merdeka, Mohammad Hatta dianggap sebagai "bapak koperasi." Ia mengusulkan tiga jenis koperasi utama:Â
i. Konsumsi untuk kaum buruh dan pegawai.
ii. Produksi untuk petani, peternak, dan nelayan.
iii. Kredit untuk pedagang kecil dan pengusaha kecil.
Hatta menjelaskan bahwa tujuan koperasi bukanlah mencari laba, tapi memenuhi kebutuhan bersama anggotanya.
Kongres Koperasi Pertama: Pada tanggal 12 Juli 1947, Kongres Koperasi pertama diadakan di Tasikmalaya, yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia. Kongres ini membentuk Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI).
Kesimpulan
Koperasi merupakan bentuk organisasi ekonomi yang mengutamakan kepentingan bersama dan kesejahteraan anggotanya. Dengan berbagai jenis seperti koperasi konsumen, produksi, simpan pinjam, pertanian, dan jasa, koperasi dapat memberikan manfaat signifikan bagi masyarakat.
 Mekanisme kerja koperasi yang melibatkan partisipasi aktif anggota serta pembagian sisa hasil usaha menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orang untuk bergabung.Â
Dengan memahami definisi, jenis-jenis, serta mekanisme kerja koperasi, kita dapat lebih menghargai peran pentingnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memperkuat perekonomian lokal.
"Koperasi juga bisa mendidik toleransi dan rasa tanggung jawab bersama. Dengan demikian, koperasi bisa mendidik dan memperkuat demokrasi sebagai cita-cita bangsa." - Bung HattaÂ