Mohon tunggu...
Evi Nurhidayah
Evi Nurhidayah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Madrasatul ula untuk si kecil mungil

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mengapa harus ASI EKSKLUSIF?

26 Desember 2024   08:25 Diperbarui: 26 Desember 2024   08:25 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada beberapa kebiasaan yang bikin ASI seret. (Sumber:iStockphoto/ZouZou1)

3. Kurangnya Dukungan dari Lingkungan SekitarDukungan sosial sangat penting bagi ibu yang sedang menyusui. Kurangnya dukungan dari pasangan, keluarga, atau teman dapat memperburuk stres yang dirasakan ibu, yang pada gilirannya dapat memengaruhi kelancaran menyusui. Dalam beberapa budaya atau komunitas, mungkin ada pandangan atau stigma negatif terhadap ibu yang menyusui atau ibu yang memilih untuk menyusui lebih lama, yang dapat membuat ibu merasa tidak nyaman atau kurang didukung. Tanpa dukungan moral atau fisik yang memadai, ibu mungkin merasa kesulitan untuk terus menyusui dengan konsisten.

4. Kurangnya Pendidikan dan Pengetahuan tentang Teknik Menyusui yang BenarBanyak ibu yang baru pertama kali melahirkan mungkin tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman mengenai teknik menyusui yang benar. Misalnya, posisi menyusui yang salah dapat menyebabkan rasa sakit pada payudara atau masalah dalam proses penyusuan itu sendiri. Tanpa bimbingan yang tepat, ibu dapat merasa frustrasi dan akhirnya mengalihkan perhatian ke susu formula. Pengalaman negatif ini dapat mengurangi kepercayaan diri ibu dalam menyusui, bahkan jika ASI sebenarnya cukup tersedia.

5. Masalah Kesehatan pada Ibu dan BayiBeberapa kondisi medis, baik pada ibu maupun bayi, dapat memengaruhi kemampuan untuk menyusui dengan lancar. Misalnya, masalah pada puting susu seperti puting lecet, infeksi payudara, atau mastitis dapat membuat ibu merasa kesakitan saat menyusui. Di sisi bayi, masalah medis seperti lipatan bibir, sumbing langit-langit, atau kesulitan dalam menyusui bisa menjadi hambatan. Ketika bayi tidak dapat menyusui dengan efektif, hal ini dapat mengurangi jumlah ASI yang diperoleh bayi dan memengaruhi produksi ASI ibu.

6. Stigma dan Tantangan SosialDi beberapa tempat, masih ada stigma sosial terhadap ibu yang menyusui di depan umum atau bahkan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dapat menambah tekanan pada ibu untuk berhenti menyusui atau beralih ke susu formula, meskipun mereka ingin terus menyusui. Keputusan untuk memberikan ASI seringkali dipengaruhi oleh pandangan sosial ini, yang memperburuk tantangan dalam melaksanakan menyusui eksklusif.

Berdasarkan data WHO, meskipun pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama dapat memberikan banyak manfaat, tantangan-tantangan tersebut menyebabkan hanya sekitar 68% bayi di dunia yang mendapatkan ASI eksklusif. Dalam beberapa negara berkembang, seperti Indonesia, angka ini bahkan lebih rendah. Misalnya, data dari Kementerian Kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa hanya sekitar 50% bayi yang mendapatkan ASI eksklusif pada usia enam bulan.(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2024 (leisure.harianjogja.com)).

 Berbagai tantangan dalam pemberian ASI eksklusif ini perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat. Dukungan yang lebih kuat, baik dari sisi emosional, sosial, maupun kebijakan, sangat diperlukan untuk membantu ibu melewati tantangan ini. Solusi yang tepat, seperti pelatihan menyusui, kebijakan cuti melahirkan yang lebih baik, serta fasilitas menyusui di tempat kerja, dapat meningkatkan angka pemberian ASI eksklusif dan memastikan bayi mendapatkan nutrisi terbaik sejak awal kehidupannya.

Peran Keluarga dan Komunitas dalam Mendukung Menyusui

Menyusui adalah suatu proses yang melibatkan lebih dari sekadar ibu dan bayi. Keberhasilan menyusui sering kali dipengaruhi oleh dukungan yang diterima ibu dari keluarga, pasangan, teman-teman, serta komunitas di sekitarnya. Dukungan ini sangat penting, terutama dalam minggu-minggu pertama kehidupan bayi yang merupakan periode krusial bagi kelancaran proses menyusui. Tanpa dukungan sosial yang memadai, ibu dapat merasa terisolasi atau tertekan, yang pada akhirnya memengaruhi keberhasilan menyusui.

1. Dukungan Pasangan dan Keluarga TerdekatPeran pasangan dalam mendukung ibu yang sedang menyusui sangat krusial. Pasangan yang memberikan dukungan emosional dan praktis, seperti membantu menjaga bayi saat ibu menyusui atau memberikan bantuan rumah tangga, dapat mengurangi stres yang dirasakan ibu. Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang merasa didukung oleh pasangan cenderung lebih sukses dalam memberikan ASI eksklusif. Suami atau pasangan dapat berperan dalam memberikan dorongan positif yang meningkatkan rasa percaya diri ibu.

Selain itu, dukungan dari keluarga juga sangat penting. Ibu yang baru melahirkan sering kali membutuhkan bantuan dalam merawat bayi atau menyelesaikan tugas rumah tangga. Dukungan dari anggota keluarga lainnya, seperti orangtua, saudara, atau mertua, bisa sangat membantu ibu agar lebih fokus pada proses menyusui dan menjaga kesehatan dirinya.

2. Peran Komunitas dalam Meningkatkan Kesadaran MenyusuiKomunitas memiliki peran yang besar dalam mendukung ibu menyusui. Dukungan yang datang dari kelompok ibu menyusui atau komunitas lokal dapat memberikan ibu rasa kebersamaan dan mengurangi perasaan terisolasi. Di banyak tempat, kelompok dukungan ini dapat memberikan kesempatan bagi ibu untuk berbagi pengalaman dan memperoleh informasi praktis mengenai masalah-masalah yang mereka hadapi dalam menyusui.

Kelompok ibu menyusui juga bisa menjadi tempat untuk mendapatkan bantuan langsung dari konselor laktasi atau tenaga kesehatan yang berkompeten. Komunitas yang mendukung budaya menyusui dapat meningkatkan angka pemberian ASI eksklusif, karena ibu merasa lebih percaya diri dalam melakukan menyusui dan lebih siap menghadapinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun