"Kau harus percaya kalau kematian itu adalah rahasia Tuhan, Rin. Percayalah, aku akan menjagamu. Menemanimu menyembuhkan luka." Nada suaraku agak tinggi.
"Jangan pernah memaksaku, Kak. Tadinya kupikir kau hanya seorang sahabat bagiku. Namun, nyatanya kau berharap lebih."
"Salahkah kalau aku jatuh cinta padamu, Rin?
"Salah besar, Kak. Aku tidak ingin dicintai lagi dan tidak ingin mencintai."
"Kau tidak berhak untuk melarangku jatuh cinta, Rin," sergahku.
"Sudah kubilang, aku tidak ingin dicintai. Pulanglah, Kak. Aku tidak ingin melihat mukamu lagi." Sore ini Arini mengusirku dari rumahnya.Â
Aku terlalu gegabah---tidak sabaran mengatakan isi hatiku pada Arini. Akhirnya hubunganku dan Arini semakin berjarak. Tidak pernah kulihat lagi Arini menampakkan diri di halaman rumahnya. Apakah dia berusaha menghindariku?
Aku akan tetap bertahan menunggumu Arini. Sampai kau percaya lagi akan cinta. Mungkin ini mustahil bagi sebagian orang, karena mencintai orang sepertimu yang hatinya beku adalah membuang-buang waktu. Namun aku takkan menyerah, karena sejatinya aku telah jatuh cinta padamu, dan bukankah cinta harus diperjuangkan?
***
Musim sudah berganti. Tak ada lagi hujan yang turun dari langit. Kali ini Sang Surya yang bertugas menyinari bumi. Arini apa kabar? Apakah dia akan membenci musim kemarau ini? Karena tidak bisa lagi menikmati hujan.
Aku rindu padamu Arini.