Mana yang lebih baik?
Menjomblo seumur hidup atau punya suami yang hobinya selingkuh?
Lasti sudah pernah merasakan keduanya. Sebagai seorang wanita yang tumbuh besar dalam keluarga yang memegang tradisi kuno, jika menginjak usia 30 belum menikah itu berarti masuk sebagai golongan perawan tua.
Apalagi Lasti, yang baru merasakan menjadi istri orang di umurnya yang sudah menginjak 33 tahun.Â
Kurang jadi trending topic gimana lagi coba, pas lagi acara kumpul-kumpul keluarga..
Sebelum akhirnya lamaran itu datang dari Riko secara tiba-tiba, Lasti sudah khatam dan kenyang dengan semua pertanyaan dan pernyataan basa basi nan nyelekit:
"Kapan?"
"Undangannya mana nih? Ga takut sama umur?"
"Anak bulek Mira yang baru lulus D3 kemarin udah dilamar orang loh.. jadinya katanya dia mau nikah dulu sebelum nerusin S1"
"Ga capek apa kemana-mana sendiri terus ga ada yang boncengin?"
"Kasian ibumu tuh, Las.. udah makin tua pengen cepet punya mantu. Jadi kapan?"
"Mbok ya jangan nerima undangan terus.. giliranmu nyebar undangan kapan?"
Dan masih banyak lagi kalimat-kalimat bermakna serupa yang sudah sering Lasti telan bulat-bulat dan hanya dijawab dengan kalimat standar: "doain aja".
Lasti sebenarnya menikmati masa-masa kesendiriannya, kecuali ia memang sebisa mungkin menghindari moment kumpul-kumpul keluarga ataupun reuni sekolah.
Lasti tidak pernah terlalu memikirkan kapan Tuhan akan memberinya jodoh. Dia cukup bahagia dengan keadaannya saat itu.
Dia bekerja dan lumayan mapan. Dia bisa punya banyak kenalan dan bisa travelling sepuasnya, bisa nonton konser musik tanpa ingat jam malam karena sejak bekerja Lasti sudah tidak tinggal serumah dengan ibu dan bapak.
Lasti juga bisa bebas hang out dengan teman-temannya baik wanita ataupun pria tanpa harus ada yang merasa cemburu atau mengekangnya.
Lasti suka kehidupan ini, sebenarnya. Namun karena terlalu banyak netijen berisik dan mengusik lama-lama Lasti risih juga.Â
Apalagi kalau mereka sudah mengusik ibu dan bapak. Alhasil Lasti akan mendapatkan ceramah sehari semalam dari ibu dan bapak, baik itu secara live ataupun daring by phone.
"Nduk, inget umur, jangan keenakan sendirian terus.. ibu sama bapak sudah tua, dan juga selalu ditanya sama bulek dan bude mu. Kenapa sih kamu ga mau dijodohin aja sama kenalan-kenalan bulek atau bude mu itu?"
Sebenarnya apa yang salah dengan pilihan untuk tidak menikah?Â
Bukannya sekarang lagi jamannya Independent Woman gitu ya?Â
Lagian Lasti kan ga pernah minta makan dari mereka, ga pernah minta duit dari mereka, kok ya bisa-bisanya mereka minta Lasti buru-buru nikah?
Mereka mau bayarin gedungnya? Cateringnya? Orgen tunggalnya? Atau mereka mau ngasih hadiah bulan madu ke Dubai? Ihhh sebel banget deh!
Tapi, secara tiba-tiba.. ketika Lasti ada di puncak kegalauannya dan merasa sedang putus asa-putus asanya, Riko datang.
Riko adalah teman sekelas Lasti saat SMP. Jaman putih biru yang masih kinyis-kinyis cupu itulah mereka sempat cinlok waktu ada kegiatan Persami di sekolah.
Lasti menyukai Riko yang dinilainya cekatan. Gesit ketika dibutuhkan dan selalu paling sigap ketika ada yang kesulitan.
Riko tidak ganteng-ganteng amat. Kulitnya hitam layaknya anggota Pramuka teladan. Rambutnya selalu berminyak dan disisir rapi, tetap rapi meskipun ketika ia baru melepas baret Pramukanya.
Riko punya ciri khas yaitu senyuman yang memperlihatkan gigi sekaligus gusinya. Makanya teman-teman Pramuka dulu menyebutnya dengan julukan "Riko Sumringah".
Sedangkan Lasti dikenal sebagai cewek rapi dan resik. Bukannya sombong, Lasti juga termasuk salah satu cewek tercantik di Pramuka angkatan waktu itu. Rambut Lasti selalu dikepang atau dikuncir rapi.
Entah kenapa Lasti bisa terpikat pada Riko. Mungkin karena dia ketua regu jadi dianggap keren oleh semua cewek-cewek, termasuk Lasti.
Cinta mereka bersemi saat Persami. Dan kandas seminggu setelahnya. Riko ketauan dekat dengan Fira. Lasti cemburu dan minta putus.Â
Padahal Riko sudah susah payah menyangkal. Riko bilang ia dan Fira sering pulang pergi naik angkot bareng karena rumah mereka searah.Â
Dih! Bukannya nganterin Lasti pulang malah kesenengan pulang bareng si Fira mulu!
Lasti bete dan kesal bukan main. Ia minta putus hari itu juga.Â
Dan harusnya kejadian dari masa lalu itu menjadi pelajaran berharga untuk Lasti. Harusnya Lasti selalu ingat kelakuan Riko yang ga ganteng tapi sok ganteng itu.
Lasti dulu berani bersikap ketika memiliki firasat kalau Riko selingkuh. Tapi entah kenapa, ketika Riko datang lagi ke kehidupannya 19 tahun kemudian, Lasti melupakan kejadian pahit di masa lalunya begitu saja.
Mereka bertemu secara tak sengaja di bandara. Jujur Lasti masih sangat mengingat Riko dengan baik. Tak banyak yang berubah dari sosok lelaki, mantan pacarnya yang hanya seumur jagung dulu.
Rambut Riko tetap berminyak di sisir rapi, kulitnya hitam namun lebih bersih terawat. Ketika Lasti sempat ragu menyadari kalau itu Riko, dia akhirnya yakin ketika lelaki itu tersenyum. Riko Sumringah!!
Mereka akhirnya berbincang sambil menunggu jadwal terbang masing-masing. Bertukar nomor ponsel dan akun sosial media. Dan hanya butuh waktu seminggu sejak pertemuan hari itu, tak disangka Riko memberanikan diri datang ke rumah Lasti.
Riko langsung menghadap ibu dan bapak Lasti untuk meminta Lasti secara serius.
Orang tua mana yang ga bahagia ketika anak perempuannya yang selalu di cap perawan tua akhirnya ada yang melamar.
Ibu dan bapak langsung setuju tanpa menanyakan pendapat Lasti yang masih mesem-mesem seolah tak percaya dengan ke-gentleman-an Riko malam itu.
Dua bulan sejak lamarannya diterima oleh bapak dan ibu, akhirnya pernikahan Lasti dan Riko berlangsung secara sederhana.
Semua teman SMP terutama sesama alumni Pramuka diundang ke acara pernikahan viral itu.
"Cinta Lama Belom Kelar niyeee," Putri menggoda Lasti sambil mengelus perutnya yang sedang hamil tua.
"Doain biar ga kelar-kelar yes..," Lasti tersenyum sumringah tak kalah dengan senyum khas Riko yang terus ON sepanjang hari bahagia mereka saat itu.
***
Dua tahun pernikahan Lasti dan Riko, seolah berjalan seperti biasa-biasa saja di mata orang-orang.Â
Kehadiran Amara, gadis kecil buah cinta mereka setahun kemudian seperti menambah kebahagiaan pasangan baru ini.
Lasti bersyukur memiliki Amara dalam hidupnya. Selain ibu dan bapak yang kini tinggal di beda kota, Amara adalah kekuatannya untuk tetap hidup dan bertahan.
Setelah menikah, Lasti mengikuti jejak Riko ke Jakarta dan ia terpaksa harus berhenti bekerja. Ketika rencana ingin melamar pekerjaan baru, Lasti mengurungkan niat karena ternyata dia sedang berbadan dua.
Lasti pasrah kini perannya bukan lagi seorang perawan tua yang sibuk berkarier tapi murni sebagai ibu rumah tangga yang memiliki tugas paling mulia.
Namun saat 6 bulan Amara masih berada di dalam rahimnya, Lasti merasakan tanda-tanda kalau Riko selingkuh.
Tanda ini jelas bukan hanya firasat dan kekhawatiran berlebih seorang ibu hamil. Lasti menguping diam-diam saat Riko berbincang mesra dengan seorang wanita di ponselnya.
Lalu bukti-bukti selanjutnya justru semakin kuat. Riko jadi jarang pulang dengan alasan pekerjaan. Dan Lesti menemukan bukti penggunaan kartu kredit di hotel-hotel. Keterlaluan!
Anehnya, Lesti saat itu menjadi tidak berdaya, dia menjadi tidak sekuat dulu. Lesti hanya bisa menangis dan pasrah.
Perubahan sikap Lasti membuat Riko bertanya-tanya. Lasti jadi sering diam, murung dan jutek kalau didekati. Dan pertengkaran pertama dalam rumah tangga mereka pun terjadi.
Lasti yang tidak tahan dengan sikap Riko akhirnya buka mulut soal dia mengetahui semua kelakuan Riko.Â
Lagi-lagi Riko berkelit, persis seperti saat SMP dulu. Hati Lasti sakit, namun ia bertahan demi bayinya.
Bukti perselingkuhan Riko kian terlihat jelas. Entah saat Lasti gigih mencari-cari tahu atau Tuhan yang memang menunjukkan bukti-bukti itu dengan gamblang.
Dunia Lasti hancur. Ia tidak mau menceritakan hal ini pada ibu dan bapak. Ia tidak sanggup. Ia tidak bisa membayangkan perasaan ibu dan bapak seandainya tahu rumah tangga anaknya hancur.
Penantian ibu dan bapak untuk melihatnya menikah sudah terlalu lama dan masa iya kini ia harus menghancurkan kebahagiaan ibu dan bapak dengan masalah rumah tangganya yang baru seumur jagung?
Lasti pasrah. Apalagi sejak Amara lahir justru Riko menjadi sangat jarang pulang. Kalaupun pulang, hanya pertengkaran yang ada di antara mereka.
Riko mana mengerti soal mengurus anak, soal luka pasca caesar yang belum juga pulih tapi harus berjuang merawat anak sendirian.Â
Riko tidak akan pernah mengerti betapa frustasinya Lasti ketika ASI-nya tidak lancar, betapa lelahnya ia harus terjaga sepanjang malam dan siangnya berkutat dengan pekerjaan rumah.
Lasti hampir depresi. Sendiri. Menangis lirih hingga kadang berteriak. Berniat bunuh diri berulang kali namun urung ketika melihat tatapan polos Amara. Lasti mendadak menjadi kuat.
Kadang-kadang Lasti merindukan masa lalunya, ketika hanya pertanyaan nyinyir netijen yang menjadi masalah terbesarnya.Â
Ketika ia memiliki uang sendiri dan bebas kemana saja. Ketika ia masih dikelilingi teman-teman dan bawahannya yang bermuka dua berebut mencari perhatian darinya.
Tapi Lasti hanya rindu. Dia tidak ingin kembali. Entah kenapa kalau disuruh memilih lagi, Lasti tetap memilih ada Amara.
Kini dunia Lasti hanyalah Amara. Dia bersyukur tidak sampai hilang akal dan masih sanggup bertahan demi anaknya.Â
Lasti belajar pelan-pelan masa bodo dengan semua kelakuan Riko yang semakin payah. Bukan hanya selingkuh, tapi kini Riko terjerat hutang untuk judi online. Hal itu membuat Riko jadi jarang pulang ke rumah karena dicari oleh banyak orang.
Lasti justru bersyukur makhluk itu tidak pernah muncul di hadapannya.Â
Dia pelan-pelan mulai terbiasa, mencoba bangkit dan menata hatinya. Lasti belajar untuk bangkit sendiri.Â
Meskipun setelah menikah justru dia tidak pernah hadir sama sekali di pertemuan keluarga. Jarak yang jauh dan repot karena Amara masih kecil menjadi alasannya ketika ada yang bertanya.
Biarlah Lasti yang berjuang sendiri sekarang. Lasti bukan perempuan lemah. Ia bisa bangkit suatu hari nanti. Lebih bersinar dari sebelumnya.Â
Mungkin sekarang Tuhan sedang membentuk dirinya menjadi permata sesungguhnya. Lasti yakin, ia bisa menghadapi masalah seberat apapun itu. Ada Tuhan bersamanya.
Ternyata tak ada yang lebih baik. Menjomblo terlalu lama atau menikah dengan pria tukang selingkuh sama-sama menyakitkan.Â
Lasti sudah paham benar bahwa dunia memang tempatnya bersakit-sakit. Lasti mungkin hanya perlu bertahan, sampai Tuhan nanti menjemputnya.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H