Lasti hampir depresi. Sendiri. Menangis lirih hingga kadang berteriak. Berniat bunuh diri berulang kali namun urung ketika melihat tatapan polos Amara. Lasti mendadak menjadi kuat.
Kadang-kadang Lasti merindukan masa lalunya, ketika hanya pertanyaan nyinyir netijen yang menjadi masalah terbesarnya.Â
Ketika ia memiliki uang sendiri dan bebas kemana saja. Ketika ia masih dikelilingi teman-teman dan bawahannya yang bermuka dua berebut mencari perhatian darinya.
Tapi Lasti hanya rindu. Dia tidak ingin kembali. Entah kenapa kalau disuruh memilih lagi, Lasti tetap memilih ada Amara.
Kini dunia Lasti hanyalah Amara. Dia bersyukur tidak sampai hilang akal dan masih sanggup bertahan demi anaknya.Â
Lasti belajar pelan-pelan masa bodo dengan semua kelakuan Riko yang semakin payah. Bukan hanya selingkuh, tapi kini Riko terjerat hutang untuk judi online. Hal itu membuat Riko jadi jarang pulang ke rumah karena dicari oleh banyak orang.
Lasti justru bersyukur makhluk itu tidak pernah muncul di hadapannya.Â
Dia pelan-pelan mulai terbiasa, mencoba bangkit dan menata hatinya. Lasti belajar untuk bangkit sendiri.Â
Meskipun setelah menikah justru dia tidak pernah hadir sama sekali di pertemuan keluarga. Jarak yang jauh dan repot karena Amara masih kecil menjadi alasannya ketika ada yang bertanya.
Biarlah Lasti yang berjuang sendiri sekarang. Lasti bukan perempuan lemah. Ia bisa bangkit suatu hari nanti. Lebih bersinar dari sebelumnya.Â
Mungkin sekarang Tuhan sedang membentuk dirinya menjadi permata sesungguhnya. Lasti yakin, ia bisa menghadapi masalah seberat apapun itu. Ada Tuhan bersamanya.