Jingga gelagapan ketika keduanya berdiri persis di depan mata Jingga.
"Hallo, kok kalian kesini?," tanya Jingga salah tingkah. Bingung harus melontarkan basa-basi apa.
Kazib tampak terdiam, menunduk seperti tak tega melihat ekspresi Jingga yang bingung.
"Loh, kita mau nemenin kamu periksa kandungan kan sayang..," ujar Sara dengan senyum misterius.
Jingga terbelalak. Sara tau? Tapi ia ga marah atau... ada apa sih sebenarnya ini???
"Kak, maafin gue kak...!," Jingga tiba-tiba bersujud di kaki Sara. Ia merasa takut Sara akan marah saat itu juga. Jingga sebenarnya sudah bersiap, cepat atau lambat Sara pasti akan mengetahui hubungan gelap mereka. Tapi Jingga betul-betul tidak siap kalau hari inilah saatnya, hari menjelang pernikahan Sara dan Kazib.
Jingga tidak peduli semua orang di tempat itu memandang aneh pada sikapnya, saling berbisik menerka-nerka yang terjadi. Jingga tidak tau lagi harus berbuat apa. Saat ini, ia merasa seperti maling yang tertangkap polisi dan pasrah untuk di eksekusi.
Sara menyentuh kedua bahu Jingga, memberikan tanda agar Jingga berdiri. "Abis ini, kita ngobrol.. gue mau tau kondisi anak itu!,". Jingga menurut  meski masih diam tak mengerti. Ia menatap Kazib yang sejak datang tadi bahkan belum menyapanya.
***
Jingga tidak pernah tau, bagaimana meriahnya pesta pernikahan Kazib dan Sara. Jingga tidak pernah tau, bagaimana wajah bayi mungil yang sempat menempati rahimnya selama 4 bulan. Jingga tidak pernah menyangka, takdir akan membawa kisahnya sampai sejauh ini.
Dan disinilah ia sekarang. Bersembunyi di antara hamparan hijau pepohonan rindang yang bisa ia nikmati setiap saat bahkan melalui jendela kamarnya. Jingga sesekali merasa tenang, namun kesedihan dan kerinduan juga kerap bergantian menyiksanya.