"Sayang, dengerin aku.. besok kita ke dokter untuk tau perkembangan baby kita ya... Kita ketemu di rumah sakit, nanti aku kasih alamatnya. Jaga diri kamu, jangan banyak nangis.. aku ga mau baby kita kenapa-napa....," Kazib memeluk Jingga semakin erat.
Jingga sedikit merasa tenang, setidaknya untuk saat ini Kazib tidak langsung menyuruhnya menggugurkan bayi mereka. Entah nanti...
***
Jingga duduk di salah satu kursi ruang tunggu dokter kandungan yang sudah dipenuhi oleh pasien yang hampir sama dengannya, memeriksakan kandungan mereka. Kebanyakan mereka datang berpasangan.
Sambil menunggu kedatangan Kazib, Jingga mengamati mereka. Ada pancaran kebahagiaan dalam wajah pasangan-pasangan itu, mungkin mereka sudah tidak sabar ingin mengetahui perkembangan bayi mereka di dalam rahim ibunya.
Jingga merasa canggung, entah harus bahagia atau takut. Jingga sendiri masih belum bisa mengontrol emosinya sejak tau dirinya sedang berbadan dua. Jingga jadi lebih sering menangis dan sering khawatir akan banyak hal. Seperti saat ini, Jingga khawatir Kazib tidak datang dan malah memutuskan pergi meninggalkan dirinya.
Jingga menyeka air mata yang menggenang di sudut matanya. Ia mengelus perutnya sembari membatin bahwa semua akan baik-baik saja. Dirinya dan juga bayinya.
Dan saat itulah, Kazib muncul di hadapannya. Jingga langsung sumringah, beranjak dari tempat duduknya untuk menghampiri Kazib. Tapi, langkah Jingga terhenti tiba-tiba. Kazib tidak datang seorang diri. Ada Sara bersamanya.
Jingga terpaku. Bengong menyadari penglihatannya tidaklah salah. Kazib datang bersama Sara dan mereka sedang berjalan mendekat ke arahnya.
Apa Sara tau yang terjadi antara Kazib dan dia?Â
Â