Ethan tidak langsung menjawab pertanyaan mamanya. Dia melepas topi dari kepalanya lalu memandang mamanya yang sudah kaget.
"Ethan, kamu apakan rambut kamu?"
"Ma, " panggil Ethan pelan. "Ethan sudah lama tidak melanjutkan pengobatan. Dan 2 bulan lalu Ethan sudah divonis hanya memiliki hidup 75 hari lagi. Itulah kenapa Ethan pergi ma. Ethan mau menghadapi ini sendiri tanpa perlu menyusahkan mama."
"75 hari lagi??? Kamu jangan bercanda sama mama Ethan!!! Gak mungkin kamu sebentar lagi mati!!! Gak mungkin," kata mama tidak percaya.
Tapi mama melihat apa yang telah di lihat Citra beberapa bulan yang lalu di dalam mata Ethan. Dan menyadari anaknya tidak berbohong dan mulai menangis.
"Itu kenyataaanya, ma. Hidup Ethan hanya tinggal beberapa hari lagi. Ethan pulang ke sini, karena mau minta Ethan mau minta ijin sama mama," kata Ethan.
"Apa nak? Kamu mau apa? Mama akan kabulkan semuanya."
"Ethan mau mendonorkan mata Ethan," kata Ethan mantap.
"Mendonorkan mata kamu???" tanya mama tidak percaya.
"Iya, ma. Dan Ethan sudah memutuskannya tetap akan melakukannya dengan atau tanpa persetujuan dari mama. Ini keputusan Ethan, ma."
Mama mulai menangis meraung-raung. Citra lalu mendekat dan membelai bahu mama Ethan. Sambil tersedak karena air mata yang masuk ke mulutnya bertanya, "kenapa kamu melakukan ini semua kepada mama, nak?"