Mohon tunggu...
Estrina Maya
Estrina Maya Mohon Tunggu... Psikolog - Grateful Hunter!

Adalah manusia yang mencintai kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Daring Vs Ibu Bertaring

12 Oktober 2020   11:35 Diperbarui: 12 Oktober 2020   11:39 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Fokus dooong....gini aja kok gak bisa?"

"Ayo belajar!.. malu kalau gak bisa jawab ujian"

"Gak usah jajan kalau gak mau ngerjain!"

Beberapa kalimat di atas makin sering terlontar saat ibu mendampingi anak dalam melakukan pembelajaran jarak jauh. Tak hanya itu, kalimat tersebut biasanya disertai dengan geraman atau intonasi tinggi dan ekspresi "singa" dari sang Mama. Apa yang sebenarnya terjadi?

Pandemi membawa perubahan di berbagai sektor, salah satunya di dunia pendidikan. Sesuai dengan Surat Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19), untuk melindungi warga satuan pendidikan dari dampak buruk covid-19 dan mencegah penyebarannya, memastikan pemenuhan hak peserta didik agar tetap mendapatkan layanan pendidikan selama masa darurat covid-10, maka Pemerintah melalui Kemdikbud memutuskan untuk memindahkan aktivitas belajar secara luring menjadi daring.

Hal tersebut tentunya membutuhkan banyak penyesuaian, mulai dari penyampaian materi ajar, adaptasi guru terhadap media belajar dan teknologi, penerimaan murid dan juga peran orang tua sebagai care giver belajar anak murid. 

Tak cukup menjadi pahlawan domestik, Ibu kini memiliki peran baru yaitu menjadi garda depan keberlangsungan proses belajar mengajar selama sekolah daring. 

Dengan bertambahnya peran ini, Ibu cenderung rentan mengalami kelelahan secara fisik dan psikis yang akhirnya berujung pada stress. Bagaimana tidak?

Selain menumpuknya pekerjaan rumah, lonjakan budget pembelian kuota, kondisi ekonomi keluarga yang mungkin  berbeda selama pandemi, belum lagi rasa cemas menghadapi ancaman penularan covid-19, kini ibu pun musti berjibaku menjadi "guru" yang aktif membersamai proses belajar anak di rumah.

Stress dan Ibu Bertaring

Stress merupakan respon alami tubuh saat menghadapi tekanan. Stres biasanya muncul saat individu menghadapi ancaman, tekanan, atau sesuatu yang baru dan terjadi ketidakseimbangan antara tekanan yang dihadapi dengan kemampuan dalam menghadapi hal tersebut. 

Kupriyanov dan Zhdanov (2014) bahkan menjelaskan stres yang ada saat ini merupakan sebuah atribut kehidupan modern. Artinya, stres sudah menjadi bagian hidup yang tidak bisa terelakkan dan dapat dirasakan siapa aja, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia.

Suatu peristiwa kehidupan bisa menjadi sumber stres terhadap seseorang apabila kejadian tersebut membutuhkan penyesuaian perilaku dalam waktu yang sangat singkat (Thoits, 1994 dalam Gaol, 2016). 

Sejalan dengan hal tersebut, fenomena sekolah daring menuntut ibu untuk beradaptasi dengan cepat sehingga dibutuhkan daya adaptasi yang tinggi. Ketika Ibu kurang dapat menyesuaikan situasi atau perubahan-perubahan yang secara ekstrem tersebut, maka dapat menimbulkan lahirnya 'taring' baru bagi para ibu. 

Emosi yang biasanya menemani para Ibu bertaring ini yaitu rasa cemas, marah, panik, kuatir, menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berdaya. Deretan taring ini secara tidak langsung berdampak pada kesejahteraan psikologi anak dalam menjalankan program belajar secara daring.

Kepiawaian Ibu dalam mengelola taring yang muncul dapat mengubah tekanan menjadi sebuah lecutan yg berdampak positif. Inilah yang dinamakan Eustress, stress yang memberikan efek positif (Gadzella, Baloglu, Masten & Wang, 2012). 

Misal seorang ibu yang lebih semangat belajar menata emosi dan waktu saat membersamai belajar anak, atau ibu yang berusaha terus bergerak dalam mengenali metode belajar yang dirasa klik untuk anak.

Tantangan belajar daring bagi orang tua

Pembelajaran daring menjadi pilihan utama di masa pandemi yang bertujuan untuk memudahkan aktivitas belajar. Caranya dengan menyediakan banyak sumber belajar yang mudah diakses, pembelajaran yang fleksibel metode, tempat, dan waktunya bisa sepenuhnya daring. 

Melalui webinar yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dijelaskan bahwa belajar online memberikan beberapa manfaat antara lain belajar dilakukan dimana saja dan kapan saja, belajar juga dapat disesuaikan dengan kapasitas masing-masing siswa yang mengedepankan inisiatif dan independensi siswa. 

Interaksi akademis yang tidak terbatas juga diharapkan dapat membuat kualitas belajar siswa meningkat (Pgdikmen Kemdikbud.go.id)

Namun ternyata, terhitung sejak 16 Maret hingga 9 April 2020, selama tiga minggu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima 213 pengaduan pembelajaran jarak jauh (PJJ). 

Mayoritas pengaduan terkait dengan beratnya penugasan yang diberikan guru kepada siswa (NasionalKompas.com). Pada prakteknya, belajar daring bagi sebagian besar orangtua merupakan hal pertama dan masih membutuhkan proses penyesuaian. 

Bahkan mungkin ada juga orangtua yang belum melek teknologi dan baru berkenalan dengan smartphone. 

Minimnya pengetahuan terkait materi pembelajaran, cara mengajar, beban penugasan serta ketiadaan privilege untuk mendampingi anaknya belajar daring terutama untuk ibu yang bekerja, menjadikan sekolah daring menjadi suatu proses baru yang sangat menantang dan stressfull.

Hal lain yang memperuncing tantangan sekolah daring yaitu pengelolaan emosi orangtua saat mendapati anak yang mulai merasa bosan, kurang paham terhadap instruksi online, mogok mengerjakan soal, konsentrasi anak yang mudah terdisktraksi, keasyikan berselancar di game virtual, kendala jaringan, dan bahkan keterbatasan kuota. Sehingga menjadi tidak mengherankan ketika ditemukan kicauan beberapa ibu yang secara hiperbolis ingin membanting laptop serta mengaku butuh sesi konseling khusus saat menemani daring anak (beritacianjur.com).

Berdamai dengan taring...

What seems to us as a bitter trial are often a blessing in disguise. -Oscar Wilde-

Petikan kalimat dari Oscar Wilde rasanya cukup bijak untuk dapat dihayati. Bahwa terkadang dibalik pengalaman yang kurang menyenangkan terkandung sebuah keberuntungan.

Menurut Frankl (dalam Sumanto, 2006) individu memiliki kemampuan untuk menemukan kebermaknaanhidup dalam kondisi apapun bahkan ketika harus menghadapi situasi yang sungguh tak menyenangkan. 

Oleh karenanya, berlatih mengembangkan kemampuan untuk dapat memaknai dan mencari alternatif pemikiran positif pada aktivitas yang dilakukan menjadi penting. Ibu, boleh coba untuk mulai berlatih mencari pikiran alternatif ini agar lebih berdaya ya. Misal, sekolah daring membuat kita kembali terkoneksi anak-anak, memberi waktu untuk kembali mengenali potensi dan kreativitas anak.

Beberapa hal lain dibawah ini dapat dicoba untuk menumpulkan taring-taring yang ada.

1.Cari bantuan. 

Jangan-jangan selama ini kita coba merangkul semua peran rumah tangga sendirian? Jangan-jangan kita lupa melibatkan suami /keluarga dalam proses belajar daring? Pepatah "butuh satu desa untuk membesarkan seorang anak" rasanya cukup sesuai untuk diterapkan, karena pada  prakteknya pengasuhan tidak dapat berjalan sendiri. Saat merasa berat, berilah kesempatan pada suami/keluarga lain untuk membantu.

2.Turunkan ekspektasi. 

Memaksakan sesuatu untuk ideal di kondisi yang penuh keterbatasan ini pasti menjadikan hal yang melelahkan buat ibu. Sesuaikan ekspektasi dengan kondisi yang dialami. Sesekali turunkan harapan tersebut, seperti beri waktu jeda jika memang anak merasa bosan, tidak apa saat anak salah menjawab satu atau dua soal, tidak apa saat rumah tidak begitu rapi seperti biasa.

3.Bangun hubungan baik dengan pihak sekolah. 

Menjalin komunikasi yang hangat dengan pihak sekolah terutama Guru dapat menjadi sumber dukungan Ibu. Guru bisa memberikan masukan dan dukungan saat Ibu bercerita tentang beberapa kendala yang dirasakan.

4.Ciptakan rutinitas. 

Bantu dan libatkan anak untuk membuat jadwal harian dan ingatkan untuk mematuhi jadwal hariannya. Hal ini membuat anak lebih memiliki kontrol atas dirinya

5.Welas asih terhadap diri juga ya. 

Di tengah padatnya aktivitas harian dan kesibukan ibu mengurus berbagai keperluan keluarga, terkadang Ibu lupa, bahwa dirinya juga butuh diperhatikan. So, take your time, momma...cari hal di luar kesibukan yang membuat ibu bahagia, makan makanan/nonton tontonan yang disukai, berkebun, dan sebagainya...beri waktu untuk sejenak menjadi bagian dari kaum rebahan.

6.Bersyukur. 

Berlatih mencari hal sederhana untuk disyukuri tiap hari dapat mengembangkan perasaan positif individu serta menambah kepuasan hidup pasangan (Lee & Waite, 2010). 

Terima kasih Tuhan, anak dapat belajar dalam kondisi sehat, terimakasih meskipun soal belum sepenuhnya terselesaikan tapi dia belajar hal baru hari ini. Ucapkan terimakasih juga ke diri sendiri juga ya.. yang tidak pernah lelah mengupayakan pendidikan terbaik untuk anak.

Bersama-sama yuk Bu... menemani sekolah daring anak tanpa taring.

Referensi :

Lee, Y. S., Waite, L. J. 2010. How appreciated do wives feel for the housework they do?. Social Science Quarterly, volume 91, number 2. Southwestern Social Science Association.

Gadzella, B. M., Baloglu, M., Masten, W. G., & Wang, Q. (2012). Evaluation of the student life-stress inventory-revised. Journal of Instructional Psychology, 39(2), 82-91.

Kupriyanov, R., & Zhdanov, R. (2014). The eustress concept: Problems and out- looks. World Journal of Medical Sciences, 11(2), 179-185. doi: 10.5829/idosi.wjms. 2014.11.2.8433.

Sumanto. 2006. Kajian Psikologis Kebermaknaan Hidup. Buletin Psikologi, Volume 14 Nomor 2, Desember 2006

Gaol, Nasib Tua Lumban (2016). Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional. Buletin Psikologi2016, Vol. 24, No. 1, 1 -- 11

Pedoman Penyelenggaraan belajar dari rumah

Pembelajaran Daring Memberikan Manfaat

http://pgdikmen.kemdikbud.go.id/read-news/pembelajaran-daring-memberikan-banyak-manfaat

Berita cianjur. 2020. Orangtua murid orang yang paling stress dan galak saat pandemi.

Kilas Balik Pembelajaran Jarak Jauh akibat Pandemi Covid19

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun