Mohon tunggu...
Mohammad Djaya Aji Bima Sakti
Mohammad Djaya Aji Bima Sakti Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Life is your choice :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Materialisme dan Problem Kemanusiaan dalam Perspektif Psikologi Islam

9 Oktober 2019   21:45 Diperbarui: 16 April 2021   09:42 2523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernyataan diatas kemudian dapat dibuktikan dalam perjalanan psikologi ilmiah yang dibangun oleh Barat melalui salah satu psikolog mereka, terlihat dalam karya William Wundt  dan dilanjutkan dan dikembangkan oleh Sigmund Freuid yang hanya memiliki fokus kajian dalam dinamikadan kasus-kasus kepribadian manusia saja.

Melalui beberapa penelitian dalam perumusan makna dan bentuk kebahagiaan, Barat akhirnya mencetuskan kebahagiaan dengan sebutan subjective well-being. Hal ini didapatkan melalui kajian-kajian melalui aspek-aspek positif dan potensial didalam diri manusia tersebut atau sering dikenal dengan positive psychology.

Melalui penelitian tersebut kebahagiaan dimaknai dalam banyak paradigma yang berakibat pada tidak adanya korelasi antara tercapainya indikator kebahagiaan dengan fakta di lapangan. Karena sering kali paradigma yang muncul adalah kebahagiaan merupakan titik tercapainya seluruh kebutuhan hidup, namun kenyataan di lapangan justru menunjukkan sebaliknya.

Barat memandang kebahagiaan sebagai kombinasi antara perasaan manusia dengan kepuasan hidup yang mereka rasakan, mereka beranggapan bahwa kebahagiaan adalah hasil dari sesejahteraan psikologis dan merupakan tujuan tertinggi dari manusia, ini lah yang mereka sebut sebagai ranah kajian dalam subjective well being, yang dapat diartikan sebagai evaluasi seseorang terhadap kehidupannya, meliputi pendapat mereka tentang seberapa bahagia dan terpuaskan kehidupan mereka secara menyeluruh dan bagaimana ungkapan mereka tentang perasaan emosional mereka terkini.

Kerancuan makna dan definisi bahagia menurut barat berasal dari cara mereka memandang manusia itu sendiri, terlihat bagaimana mereka menafikan unsur dibalik rasa dan kepuasaan dalam diri manusia. Mereka menilai kepuasaan hanya dari segi fisik manusia saja tanpa memperhitungkan bagaimana kepuasan jiwa manusia secara menyeluruh.

Jauh sebelum para psikolog menyibukkan diri dalam kajian mengenai indikator  dan makna kebahagiaan, para filsuf terdahulu telah memiliki berbagai bentuk definisi dari kebahagiaan itu sendiri.

Hal ini menuai sisi kontradiktif dengan perumusan yang dilakukan psikologi modern yang menolak untuk mengambil kesimpulan dari makna kehidupan yang baik melalui pengamatan sekilas dan spekulasi filosofis semata. Penolakan Barat terhadap perumusan melalui ranah filosofis sebenarnya telah menyempitkan cara berpikir mereka sendiri, inilah faktor yang kemudian melandasi adanya perbedaan dalam konsep kebahagiaan dan fakta yang terjadi.

Kemudian, setelah melalui berbagai bentuk penelitian mengenai konsep kebahagiaan akhirnya Barat melalui beberapa psikolognya memperkirakan beberapa bentuk konsep kebahagiaan. Diantara bentuk kebahagiaan tersebut adalah tercapainya seluruh variabel-variabel yang dianggap sebagai indikator kebahagiaan, antara lain : kepuasan hidup (life satisfaction), pengalaman perasaan (affective experience), hubungan yang baik antar invidu (good relation) dsb.

Kebahagiaan dalam aspek psikologi barat yang dikaitkan dengan well-being atau kesejahteraan, menurut Ryan dan Deci (2001) tradisi well-being meliputi pendekatan hedonic dan pendekatan Eudaimonic.  Pendekatan Hedonic menyatakan bahwa tujuan hidup adalah untuk mencapai kebahagiaan, kesenangan, mendapatkan kenikmatan serta terhindar dari rasa sakit.

Dalam penelitian tersebut banyak digunakan pemikiran mengenai Subjective Well being dimana Subjective Well being menyangkut tiga komponen yaitu kepuasan hidup, adanya gairah yang positif, dan tidak adanya gairah negatif di dalam membentuk suatu kebahagiaan. Subjective Well being meliputi pengalaman individu yang dipengaruhi oleh kesehatan, kenyamanan, kebijakan dan kebahagiaan yang di alami oleh individu tersebut.

Kebahagiaan dalam ranah psikologi positif adalah salah satu indikator ukuran subjektif yang diambil secara universal atas ukuran kesejahteraan (wellbeing), kenyamanan hidup (life satisfication), atau kehidupan yang baik (good life). Ketiga hal ini mengarahkan indikator utama pada sebuah kebahagiaan yang akan didapat seseorang jika telah memenuhinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun