Ketika sore harinya, Eddian, ayahnya Rania, sedang duduk di teras rumah petak sewaan. Ia baru saja tiba dari kerja serabutannya mengecat rumah gedongan di ujung jalan sudah seminggu ini. Sementara isterinya sedang memasak air di dapur untuk hidangan kopi sore suaminya itu.
Eddian terkejut tatkala datang kurir yang mengantarkan paket untuk dirinya.
Kata kurir, "Ini paket HP harganya sekian, alamatnya atas nama bapak Eddian, dan ini headset, atas nama Rania. Tidak keliru kan Pak?"
"Tidak keliru," balasnya tenang sembari terlihat oleh kurir itu wajahnya pucat pasi.
Eddian kemudian bertanya pada kurir itu gemetar, "siapa yang pesan barang-barang ini?"
"Saya tidak tau pak. Saya sering kok ke alamat ini. Langganan pak. Tapi COD baru sekarang. Sekarang bapak tinggal lunasi saja," ucapnya ringan.
"Saya tidak pesan. Dibawa saja lagi. Maaf mas."
"Tidak bisa pak. Ini atas nama bapak."
Eddian tidak bisa lagi mengelak, sementara kopi pun belum ia seruput. Ia teriak sekuatnya memanggil nama anaknya. Namun anaknya, Rania, sore ini entah kemana, kurir pun tetap pada pendiriannya.Â
Karena suara Eddian didengar tetangga maka mereka melihatnya was-was. Semua mendekati ingin mencari tau. Setelah tau persoalan, mereka bubar dan membiarkan kurir dan Eddian menyelesaikan sendiri. Isterinya tetap tenang meski tampak kelimpungan.
"Anaknya aja itu keterlaluan. Sebulan se kali masa kurir paket datang. Seperti anak juragan saja," kata mereka.