"Budak sialan!"
***
Esoknya. Pagi masih diselimuti kabut tipis. Jendela gubuk itupun masih rapat terkunci untuk menepis angin perbukitan yang datang tiba-tiba. Suara burung sekali-kali terdengar seperti malas.
Wanita ini membuka pintu sebagaimana pagi yang biasa ia lakukan sekadar menghirup udara segar. Tapi ada sesuatu yang aneh tatkala ia melangkah dan tersandung oleh benda yang tidak ia duga.
Ia kemudian jongkok dan merabanya. Seorang manusia dirasakan oleh jemarinya. Darah menempel pada telapaknya yang kental dan ia mendekatkan pada hidungnya.
"Darah!Ya Tuhan, siapa ini?Mengapa ada di sini?"
Ia menjerit kemudian sekeras-kerasnya membangunkan seisi perbukitan itu. Berulangkali, dan berulang kali, hingga keajaiban pun datang.
Perlahan matanya samar-samar melihat bayangan yang ia tangkap dari cahaya yang tidak ia ketahui darimana asalnya.
Samar, kemudian perlahan menjadi jelas. Ia lihat sekeliling dengan tidak percaya. Suasana pagi masih ia rasakan sebagaimana masa kecilnya di perbukitan ini.
"O Tuhan, aku bisa melihat kembali. Terima kasih,"bisiknya pelan seraya meneteskan airmata tatkala melihat tubuh lelaki tampan yang ada di hadapannya tergolek berlumuran darah di bagian kepalanya.
Ia sangat mengenali lelaki ini sedari kecil, Ron.