Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gubuk Sunyi di Perbukitan

21 Oktober 2022   12:32 Diperbarui: 21 Oktober 2022   12:36 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Wanita itu menghentikan gerakannya kala mendengar bunyi langkah kaki, dan lelaki yang mendehem bersamaan bunyi kayu yang saling beradu.

"Ron?"katanya

"Ya honey,"balas Ron lembut dan perih hatinya

Ron kemudian merapat dan mendekati wanita itu, lalu ia genggam ujung jarinya yang seolah sedang meraba.

"Kaudatang lagi hari ini. Terima kasih."

"Iya sayang."

Ron memintanya dengan langkah kaki untuk dikuti wanita ini menuju hamparan tikar rotan di atas bale-bale yang biasa wanita ini habiskan waktunya.

Mereka berdampingan. Wangi bunga dirasakan oleh hidung wanita ini. Ia kenal aroma dari bunga yang dihembus semilir angin perbukitan.

Hatinya membuncah senang, senyumnya mengembang riang. Deretan baris putih giginya dibiarkan terbuka, meski tidak tertawa. Tipis bibir dan bangir hidungnya tidak Ron lepaskan dari tatapan matanya.

"Aku tahu ini mawar."

"Ya, bunga mawar yang indah dan wangi seperti dirimu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun