Ia tak mengira, dan jauh sangka, aku yang memainkannya. Pengunjung kafe pun larut dengar lagu ini. Beberapa pasangan, juga saling merangkul satu sama lain. Menikmati. Hening terasa di ruang ini.
Usai itu, tepuk riuh mengganti keheningan. Dan, Naomi tetap berdiri di sisi penyanyi itu. Aku ke arahnya. Kami diselimuti rasa yang sama. Tak kuasa dilawan, kamipun sejenak berpelukan.
"Itu kesungguhan mas, pada Naomi," bisikku lirih menahan haru.
Aku pun merangkulnya kemudian ke arah meja semula.Â
Tak lama terdengar suara,"Untuk Naomi, dan mas-nya yang asik ini. Lagu lawas "First Love. Semoga mereka bahagia selamanya."
Ia kemudian menyanyikan lagu itu tanpa kami minta. Aku, dan Naomi lebih banyak menikmati, dan memberikan standing applaus usai itu. Tanda terima kasih kami.
Jam pulang pun sudah pas, 22.30. Aku bereskan tagihan semua. Lalu di sepanjang perjalanan itu tak ada lagi cerita masa lalu. Naomi memelukku erat, tak ragu. Dan, aku semakin berhati-hati mengendarai motor ini.
Sebagaimana pertama datang tempo hari, di kediamannya ini pun, Naomi dicegah ibunya ketika hendak masuk ke dalam. Dan ibunya juga membawa baki minuman sambil mengatakan,"sudah sana temani temanmu lagi."
Tapi ibunya sebentar saja, hanya meletakkan minuman itu, dan bilang,"terimakasih sudah membuat Naomi bahagia."
Lagi-lagi aku tak kuasa menjawab. Betapa ketulusannya ditunjukkan lewat cara yang sangat sederhana, seperti dulu juga. Tak ada yang berbeda. Naomi juga tampak terharu mendengar itu. Lalu ibunya kembali ke dalam.
"Terima kasih untuk semuanya mas,"kata Naomi lirih, dan aku menimpali dengan ucapan serupa,"terima kasih juga ya."