Urusanku saat ini ingin dekat Naomi. Titik.
Sudah dua minggu aku tidak menemuinyai. Oleh karena urusan tetek bengek itu. Tapi  komunikasi via WA tetap aku jalani. Aku datangi warung itu kemudian di malam minggu ketiga. Ia terbuka seperti biasa. Ia bilang malu sebagaimana ibunya bilang dengan kejadian OTT tersebut.
Malam minggu ke empat di warung ini juga, ia katakan sudah meninggalkan semua cerita dulu. Segala yang ia miliki dikembalikan pada negara secara sukarela. Minggu ke lima, Naomi ingin mengembangkan usaha ini.
Setiap minggu ada perbincangan yang menarik. Kadang diselingi canda dan tawa berderai-derai darinya. Â Terasa ada magnet dan chemistry di antara kami. Di bulan berikutnya, pada minggu pertama, aku mengajaknya ke suatu tempat. Dan, ia tidak menolak.
Aku izin pada ibunya, dan ia bilang,"hati-hati di jalan, dan pulang sebelum tengah malam."
Ah! Aku ingat ucapan ini ketika dulu mengijinkan Naomi keluar bersamaku.Â
Naomi sebagaimana biasa. Tapi malam ini tampak luar biasa. Ia sama persis apa yang dikenakannya dulu. Jeans, kemeja, lalu jaket, serta sandal yang berbeda, sekarang datar, dan tali terlihat mengikat di mata kakinya.
"Kemana?"
"Putar-putar."
"Iya, putar  juga lurus. Kemana?"
"Ikut aja ya. Kan aku yang mengajak."