Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tetes Haru Air Mata Persahabatan

25 September 2019   00:57 Diperbarui: 27 September 2019   15:27 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dek, siapa ini?Masih kenal ndak?Tanya Tejo pada istrinya, sementara Gilang tersenyum lebar juga.

"Gilang, bukan mas?Jawabnya, dan Gilang juga tertawa geli melihat ekspresi Tinah.

Mereka karib sekali. Gilang sangat senang berada di antara mereka.  Orang baik, dengan prestasi yang baik pula. Ketika di lembaga pendidikan dulu, Tejo satu tingkat di atas Gilang. Tapi soal prestasi Karate, Tejo juaranya. Dan, Gilang belajar banyak darinya. Begitu juga Tinah.

Maka tak heran jika Gilang sangat beruntung berkarib dengan mereka. Hanya saja jalan hidup mereka berbeda. Tapi menilik apa yang dilakukan Tejo, Gilang terkejut. Bahkan tidak menyangka semua yang dikisahkan Tejo akhirnya. Hingga berada di kantor tramtib ini.

"Saya Camat di sini, mas!Kata Gilang menerangkan posisinya sekarang. Seterusnya tidak terlalu lama mereka bicara, dan Gilang pun mengantar Tejo untuk kembali membawa barangnya usai semua administrasi dipenuhi.

Sementara Tinah pamit untuk naik ojek ke kediamannya. Gilang menaruh hormat pada Tejo, dan Tinah. Mereka orang cerdas, dan berprestasi pula. Idealismenya tak pernah luntur, persis sama sebagaimana masa kuliah dan aktivitasnya dulu.

***

Sudah tiga hari wilayah itu bersih dari pelapak. Dan, di pagi Jum'at itu pula, Silvia heran. Biasanya ada penjual nasi uduk langganannya, tapi kali ini bersih di dekat halte sini. Sementara selama waktu itu pula ia tugas keluar kota, tidak mengetahui apa yang terjadi.

Ia kemudian ingat nomor hp yang diterimanya tempo hari itu. Lalu menelponnya, dan dari ujung telpon sana mengiyakan, sekaligus memberikan alamat yang diminta Silvia. Esoknya Silvia ditemani senior rekan kerjanya, Indah mengunjungi kediaman Tejo, dan Tinah.

Rumah sederhana, dan tidak luas, hanya ada bunga bakung di halaman yang tidak luas juga, mereka mengetuk pintu, dan mengucap salam. Tejo menyambutnya di muka pintu, dan memintanya masuk. Di ruang tamu itu mereka duduk, dan sesekali melihat pajangan foto keluarga. Indah memperhatikan dengan seksama foto perempuan di sisi Tejo. Ia merasa kenal dekat dengan perempuan itu.

 Pikirnya, itu pasti Hartinah Prameswari. Pasti!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun