Mohon tunggu...
Erulim Sihombing
Erulim Sihombing Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

olahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Metode TTS Dalam Upaya Meningkatkan Partisipasi Peserta Didik Dalam Pembelajaran Matematika

13 Agustus 2023   21:52 Diperbarui: 13 Agustus 2023   22:05 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


METODE TUTOR TEMAN SEBAYA DALAM UPAYA  MENINGKATKAN PARTISIPASI PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Erulim Sihombing

 
PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari, hampir pada seluruh aktivitas manusia tidak terlepas dari persoalan matematika. Dengan berbagai cabangnya seperti aljabar, geometri, trigonometri, statistika dan cabang-cabang lainnya. Matematika dijadikan sebagai alat untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ada. Dari kepentingan inilah, maka matematika di dunia pendidikan dijadikan sebagai mata pelajaran pokok yang diajarkan sejak dari Sekolah Dasar sampai dengan Pendidikan Tinggi, bahkan sudah diperkenalkan sejak usia pra sekolah di Taman Kanak-Kanak.

Salah satu regululasi pelaksanaan Kurikulum Merdeka adalah lebih menekankan pada pencapaian kompetensi peserta didik, ini berarti dalam pembelajaran Matematika berpusat kepada peserta didik (student oriented) dan bukan lagi bersumber pada guru (teacher oriented).

Karakteristik pembelajaran Matematika lebih menekankan pada membangun atau mengkonstruksi pengetahuan tentang konsep yang sedang dibahas. Proses mengkonstruksi pengetahuan ini memerlukan kreatifitas guru untuk menciptakan "PAIKEM-GEMBROT" (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira & Berbobot) sehingga peserta didik dapat berpartisipasi aktif yang pada akhirnya mereka memiliki pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan motivator.

Matematika merupakan  ilmu dasar dimana dalam proses belajar mengajarnya sangat diperlukan interaksi guru dan peserta didik serta ketepatan metode mengajar guru dan usaha belajar peserta didik. Interaksi guru dan peserta didik ini memberikan konsekuensi logis bahwa pada proses pengajaran matematika itu pada satu sisi harus adanya usaha-usaha guru dalam menentukan strategi dan metode yang tepat, mengelola kelas dengan baik serta kreatif dan inovatif dalam menjalankan tugasnya, dan pada sisi lain harus adanya usaha-usaha peserta didik untuk melakukan kreativitas dalam mengembangkan potensinya secara optimal sesuai dengan tingkat kecerdasannya.

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi peserta didiknya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada peserta didik, sehingga ia mau belajar karena memang peserta didiklah subjek utama dalam belajar.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data Pustaka. Studi kepustakaan merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penelitian. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan tujuan mencari dasar tulisan ini  utnuk memperoleh dan membangun landasan teori, kerangka berpikir, dan menentukandugaan sementara.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hakekat Belajar dan Pembelajaran

Menurut Suliana dalam tulisan Risma Sitohang, dkk Belajar pada prinsipnya adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara peserta didik dengan sumber-sumber atau obyek belajar baik secara sengaja dirancang atau tanpa sengaja dirancang.

Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar. Selain itu kegiatan belajar juga dapat di amati oleh orang lain. Belajar yang di hayati oleh seorang pebelajar (peserta didik) ada hubungannya dengan usaha pembelajaran, yang dilakukan oleh pembelajar (guru).

Pada satu sisi, belajar yang di alami oleh pebelajar terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi lain, kegiatan belajar yang juga berupa perkembangan mental tersebut juga didorong oleh tindakan pendidikan atau pembelajaran. Dengan kata lain, belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar.

Dari segi peserta didik, belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai dampak pengiring, selanjutnya, dampak pengiring tersebut akan menghasilkan program belajar sendiri sebagai perwujudan emansipasi peserta didik menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan belajar peserta didik merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau pembelajaran. Proses belajar peserta didik tersebut menghasilkan perilaku yang dikehendaki, suatu hasil belajar sebagai dampak pengajaran. (Dimyati & Mudjiono, 2012)

B. Hakikat Metode Tutor Sebaya

1, Pengertian Tutor Sebaya

Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas merupakan sebuah proses pembimbingan terhadap peserta didik dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik, mengingat kecepatan perkembangan mereka masing- masing tidak sama. Proses pembelajaran juga harus menempatkan peserta didik sebagai subyek yang memiliki keunikan dan kekhususan masing-masing.

Metode tutor sebaya (peer teaching) adalah kegiatan belajar mengajar di kelas yang memberi kesempatan pada siswa untuk mengajarkan dan berbagi ilmu pengetahuan atau ketrampilan pada siswa yang lain untuk membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam belajar agar temannya tersebut bisa memahami materi dengan baik. Tutor sebaya dapat memberi rasa nyaman pada siswa karena pada umumnya hubungan antara teman lebih dekat dibandingkan hubungan guru.

Dengan Heterogenitas kemampuan peserta didik dalam memahami sebuah konsep sering menimbulkan masalah, antara lain ada peserta didik yang sangat cepat dan ada peserta didik yang merasakan kesulitan tetapi mereka segan bahkan takut untuk bertanya kepada guru. Kesulitan yang dialami oleh sekelompok peserta didik tersebut dapat diatasi dengan cara menerapkan pembelajaran dengan metode tutor sebaya.

Menurut Moh. Surya bahwa Tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang peserta didik yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu peserta didik-peserta didik tertentu yang mengalami kesulitan belajar. Bantuan yang diberikan oleh teman sebaya pada umumnya dapat memberikan hasil yang lebih baik. Hubungan antar peserta didik terasa lebih dekat dibandingkan dengan hubungan antara peserta didik dengan guru.

M.Sobry Sutikno (2007) mengatakan bahwa untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dianjurkan agar pendidik membiasakan diri menggunakan komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi, yakni komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara pendidik dengan peserta didik melainkan juga melibatkan interaksi dinamis antara peserta didik yang satu dengan peserta didik lainnya.

Selanjutnya Hamzah B. Uno (2007) mengatakan bahwa model pertemuan adalah model pembelajaran yang ditujukan untuk membangun suatu kelompok sosial yang saling menyayangi, saling menghargai, mempunyai disiplin tinggi, dan komitmen berperilaku positif.

Metode pembelajaran yang sangat ditekankan dalam pembelajaran tuntas adalah pembelajaran individual, pembelajaran sejawat (pee instruction), dan bekerja dalam kelompok kecil. Berbagai metode (multimetode) pembelajaran harus digunakan untuk kelas atau kelompok. (Kunandar, 2007).

Guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok- kelompok belajar. Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen, yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberitahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. (Trianto, 2007).

Teori Perkembangan piaget memperkuat pendapat di atas, yakni perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan.

Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu lebih logis.

Dari berbagai pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa tutor sebaya adalah sebuah proses belajar dengan difasilitasi oleh satu orang peserta didik atau lebih untuk membimbing peserta didik sebayanya yang mengalami kesulitan dalam belajar, sehingga interaksi antar peserta didik akan tumbuh dinamis, penuh kasih sayang, disiplin, dan memiliki komitmen belajar yang tinggi. Tutor sebaya dinamakan juga sebagai pembelajaran sejawat yang bekerja dalam kelompok- kelompok kecil.

2. Kriteria Dan Keuntungan Tutor sebaya

Salah satu empat pilar belajar yang ditetapkan UNESCO adalah learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu). Learning to do dapat terjadi manakala si pembelajar (peserta didik) difasilitasi untuk mengaktualisasikan kompetensi, bakat, dan minat yang dimilikinya. Penerapan metode tutor sebaya dalam pembelajaran akan mendukung pilar belajar tersebut di atas, jika peserta didik yang ditunjuk menjadi tutor memenuhi kriteria-kriteria tertentu.

Moh. Surya (1985), menyebutkan bahwa kriteria tutor sebaya adalah: 1) tutor membantu peserta didik yang kesulitan berdasarkan petunjuk guru, 2) peserta didik yang dipilih sebagai tutor hendaknya diperhatikan segi kemampuan dalam penguasaan materi dan kemampuan membantu orang lain, 3) dalam pelaksanaannya, tutor-tutor ini dapat membantu teman-temannya baik secara individual maupun secara kelompok sesuai petunjuk guru, 4) tutor dapat berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan-kegiatan kelompok, dalam hal tertentu ia dapat berperan sebagai pengganti guru.

Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang ditunjuk sebagai tutor harus memenuhi kriteria tertentu, yakni peserta didik yang memiliki keunggulan kompetensi dibandingkan dengan peserta didik lain dikelasnya.

Selanjutnya Moh. Surya (1985) juga mengatakan bahwa keuntungan metode tutor sebaya adalah: 1) adanya suasana hubungan yang lebih dekat dan akrab antara peserta didik yang dibantu dengan peserta didik sebagai tutor yang membantu, 2) bagi tutor sendiri sebagai kegiatan remedial yang merupakan kesempatan utuk pengayaan dalam belajar dan juga dapat menambah motivassi belajar, 3) bersifat efisien, artinya bisa lebih banyak dibantu, dan 4) dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri.

Dari pendapat tersebut di atas, disimpulkan bahwa metode tutor sebaya dapat menimbulkan sebuah penguatan (reinforcement) baik bagi peserta didik yang dibantu maupun peserta didik yang membantu dalam mengkonstruksi pengetahuan/konsep, karena tutor sebaya dibangun dengan jalinan kedekatan dan kasih sayang.

3. Kelebihan dan Kekurangan Tutor Sebaya

Metode pembelajaran tutor sebaya memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:

a. Kelebihan Tutor Sebaya

  • Ada kalanya hasil lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai perasaan takut atau enggan bertanya kepada gurunya.
  • Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan bermanfaat bagi dirinya sendiri untuk memperkuat konsep yang dibahas.
  • Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri, memegang tanggung jawab dalam mengemban tugas, dan melatih kesabaran.
  • Mempererat hubungan antar sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial.

b. Kekurangan Tutor Sebaya

  • Siswa yang dibantu seringkali belajar kurang serius karena merasa hanya berhadapan dengan temannya.
  • Ada beberapa anak yang malu bertanya karena takut rahasianya diketahui oleh teman sebayanya.
  • Bagi guru sulit menentukan tutor yang tepat bagi seseorang atau beberapa orang yang dibimbingnya

C. Hakikat Pembelajaran Matematika

Matematika adalah suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur- unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalisasi dan individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis.

Hakikat belajar matematika didasarkan pada pandangan konstruktivisme, yakni anak belajar matematika dihadapkan pada masalah tertentu berdasarkan pengetahuan yang diperolehnya ketika belajar dan berusaha memecahkannya. (Hamzah B.Uno,2007).

Bagi para peserta didik di sekolah, matematika sangat dibutuhkan untuk meningkatkan daya nalar dan melatih diri agar mampu berpikir logis, kritis, sistematis, dan kreatif (G.Polla, 2000).

D. Hakikat Partisipasi Peserta didik Dalam Pembelajaran

Penerapan metode tutor sebaya dalam kelompok-kelompok kecil memerlukan peran aktif dari para peserta didik sebagai subyek ajar, dengan demikian proses pembelajaran akan berlangsung efektif dan bermakna.

Terkait dengan aktivitas atau partisipasi peserta didik dalam pembelajaran, Trianto (2007) mengatakan bahwa guru tidak dibenarkan mengelola tingkah laku peserta didik dalam kelompok secara ketat, dan peserta didik memiliki ruang dan peluang untuk secara bebas mengendalikan aktivitas-aktivitas di dalam kelompoknya.

Berdasarkan prinsip student centered peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Hal ini dikenal dengan istilah cara belajar peserta didik aktif, terjemahan dari student active training, yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam mendorong/memacu partisipasi peserta didik dalam proses pemeblajaran adalah sebagai berikut; 1) sabar saat menunggu respon, karena seorang peserta didik untuk menyampaikan gagasannya perlu waktu, 2) pantau partisipasi kelas, untuk mengetahui apakah peserta didik tertentu berkembang partisipasinya, 3) beri peserta didik tugas yang memerlukan komunikasi, misalnya beri tugas dia sebagai asisten guru, tutor sebaya, atau menjadi ketua suatu kelompok kecil dari sebuah grup diskusi. (Ken Shore's, dalam M. Sobry Sutikno, 2007).

PENUTUP

Berdasarkan analisis terhadap bebeberapa tulisan yang penulis baca dari berbagai media/webs penelitian studi literatur tentang penerapan metode tutor sebaya dalam meningkatkan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran matematika dapat disimpulkan bahwa implementasi metode tutor sebaya dapat meningkatkan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran matematika di kelas.

Peningkatan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran matematika ini terlihat dari hal-hal sebagai berikut:

  • Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran tinggi, karena telah mencapai kriteria yang ditetapkan
  • Frekuensi peserta didik yang bertanya tinggi
  • Peserta didik yang mampu mengajukan pendapat
  • Peserta didik yang mampu menjawab pertanyaan.
  • Kinerja kelompok tinggi, karena sangat kompak dan dapat menyelesaikan tugas tepat

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi peserta didik dalam pembelajaran tergolong tinggi, dan penerapan metode tutor sebaya berhasil meningkatkan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran matematika di kelas, bahwa dengan tutor sebaya pembelajaran menjadi lebih efektif karena komunikasi antar peserta didik menjadi lebih terbuka tanpa dihantui rasa takut dan rasa malu.

DAFTAR PUSTAKA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun