Menertawakan diri saya sendiri...Saya kembali ke ranjang untuk beristirahat, dan bersiap untuk esok.Â
...
"Ayolah Pak! Dia menunggumu di dalam!" sahut diriku.
Hari-H sudah sampai, dan saya tidak kaget melihat Bapak sangat gelisah. Sejak pagi saya melihat Bapak tersebut sangat ragu, second-guessing aksinya untuk menemui putrinya.
"Tapi nak...bagaimana jika dia benar-benar tidak mengingatku? Bagaimana jika dia membenciku? Aku tidak ingin merusak hari ini untuk dia!" sahut si Bapak.Â
"Dengarkan saya Pak. Saya tinggal di sebuah keluarga di mana orang tua saya mungkin tidak terlalu memperdulikan saya. Dan saya dapat memberitahu Anda dengan pasti bahwa sebagai orang tua, seorang Ayah harus selalu berada di sisi anak-anaknya, apapun hasilnya. Jadi, ayo masuk ke dalam! Aku yakin dia akan mengingatmu!"
Kita masuk ke dalam gedung SMA tersebut. Sekolahnya sangat besar dan elit. Saya melihat banyak orang tua menggunakan jas dan gaun untuk seremoni ini. Sedangkan saya dan Bapak sangat menonjol di kalangan mereka, dan menonjol bukan yang baik.
...
Kita memasuki gedung utama seremoni. Saya dan Bapak berdiri di belakang ruangan, di sisi ujung panggung. Bapak tersebut sangat sedih, beliau tidak melihat putrinya di kalangan siswa. Namun, sebuah keajaiban terjadi.
Seorang gadis muda maju ke atas panggung dan berdiri di depan podium. Dari jauh saya bisa melihat gadis tersebut adalah valedictorian. Saya melihat ke samping diri saya...dan Bapak tersebut...menangis? Apakah ini gadis Bapak?
"... !" sahut Bapak tersebut.