"! " sahut orang tersebut.
"Saya minta maaf Pak! Saya tidak bermaksud melanggar tempat Anda...Tolong jangan sakiti saya!" sahut diriku. Bapak tersebut membawa tasnya seperti orang gila. Bajunya sudah penuh robekan dan jenggotnya setebal langit.
"Oh tidak nak, aku tidak akan menyakitimu!"Â
...Apakah saya sudah gila? Orang tersebut...bisa bahasa Indonesia? Tubuh saya penuh dengan rasa gembira dan harapan memenuhi pikiranku.
"Oh terima kasih Pak! Apakah Anda berbicara bahasa Indonesia?"
"Saya bisa. Tapi saya tidak pandai dalam hal itu" jawab orang tersebut. Setelah perjalanan saya hari ini, akhirnya saya bertemu dengan seseorang yang dapat membantuku.
...
Saya berbincang dengan orang tersebut dengan cahaya bulan yang begitu terang. Saya menjelaskan kepadanya kondisi diri saya dan pengalaman saya hari ini. Matanya penuh dengan belas kasihan, bahkan satu dua air mata keluar dari matanya yang gelap. Kita berbincang sampai larut malam, dan beristirahat sampai keesokan harinya.
Matahari mulai terbit di cakrawala, dan keramaian pagi hari mulai muncul kembali. Saya bangun dan melihat Bapak tersebut tidak jauh dari tempat saya tidur. Saya membangunkan dirinya dan dia mengajak saya untuk melihat "rutinitas seharian" dia. Tanpa banyak pilihan ataupun aktivitas, saya setuju dan mengikutinya.
Selama hari berlangsung, saya berada di sepatu kaum miskin. Saya mengalami rasanya untuk berdiri dalam antrean selama berjam-jam, hanya untuk sebuah makanan panas. Saya mengalami rasanya menggunakan kamar mandi di stasiun kereta yang memuakkan. Tapi selama pengalaman tersebut...saya merasa puas. Semua aktivitas yang saya lalui bersama kaum miskin...semuanya sangat mencukupi dan tidak ada yang berlebihan. Kalau dibandingkan hidup saya sebelum ini, saya merasa bagaikan seseorang yang gagal total, penuh dengan uang, tapi hampa dalam hati.
...