Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lelaki Perkasa di Kemiskinan Ekstrem

10 November 2024   08:25 Diperbarui: 25 November 2024   10:54 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ermansyah R. Hindi - Dokpri

Orang miskin ekstrem menciptakan dunia bukan berarti kita terlalu percaya diri dan sok optimis tentang mereka yang punya atap, lantai, dinding rumah tidak layak atau soal mata pencaharian mereka sebagai kuli bangunan, misalnya, justeru lebih absurd.

Faktanya, bahwa gagasan tentang kemampuan teknis atau keterampilan hidup bagi rumah tangga miskin ekstrem dianggap bukan barang baru malah kisah sukses menjadi kabar angin. Belum lagi berapa jumlahnya kepala rumah tangga atau anggota keluarga miskin ekstrem yang mengikuti magang di perusahaan. Semuanya bisa terjadi di atas kertas.

Lantaran banyak orang miskin ekstrem merasa tidak penting menjadi 'perkasa' sejak pikiran, imajinasi, dan keterampilan, kembalinya juga mereka akan pegal-pegal sehabis kerja di kebun. Katakanlah, si miskin ekstrem lelah karena mencangkul di kebun. Parahnya, jika si miskin ekstrem tidak punya lahan. 

Singkat kata, pikiran dan imajinasi akhirnya teraduk-aduk dengan kondisi kesehariannya.

Sehingga hal yang sudah lazim dan mereka tidak banyak pusing dengan keadaan di sekitarnya. Mereka lebih bahagia dengan alat-alat sederhana.

Makan seadanya, tidur berselimut dengan kain lusuh hingga bangun tidur menuju kebun, sawah, dan tempat lain menjadi hidup lebih teratur. Mereka seakan lebih merdeka tanpa beban yang menghimpitnya.

Mendadak muncul jurang yang dalam dan lebar saat kita membandingkan yang bukan orang miskin ekstrem. Kadangkala saya terjebak dengan kriteria kemiskinan ekstrem di daerah, seperti memonitoring atau ketika saya memverifikasi antara data dan fakta lapangan.

Seseorang memang tercantum di data sebagai rumah tangga miskin ekstrem. Tetapi, setelah proses verifikasi di lapangan terbukti menjadi kriteria keluarga mampu. 

Kata lain, mereka telah keluar dari kriteria miskin ekstrem. Paling tidak mereka berada pada kriteria miskin.

Lumayan seru di lapangan. Saya dan teman melihat makhluk ‘perkasa’ di pelosok kampung dan berat pula medannya terjadi di pekan ketiga dalam rangkaian kegiatan monitoring sekaligus verifikasi berupa sampel rumah tangga miskin ekstrem. Kegiatan monitoring kian bergolak saat kami menemui seorang ibu rumah tangga miskin ekstrem yang berperan sebagai kepala rumah tangga setelah suaminya meninggal atau menjanda.

Siapa dia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun