Ah, ente bicara apa? Filosofis? Ia tidak memecahkan semua masalah karena mengawan-awan di atas realitas. Ya, sudahlah penuhi kebutuhan pokok orang miskin ekstrem! Latihlah dan sediakan lapangan kerja atau usaha produktif untuk mereka! Bagaimana, bro?
Tetapi, ada hal yang tidak semuanya kita ketahui. Hanya saja kita belum pernah membuka akses seluas-luasnya bagi mereka.Â
Perhatikanlah! Senyuman dan jeritan mereka adalah misteri tersendiri.
Satu hal, menjadikan mereka perkasa dalam pengertian luas dimulai cara berpikir. Anda tak usah ragu untuk mengubah kenyataan dimulai dengan mengubah cara berpikir. Bukan hanya mengubah cara berpikir kaum miskin ekstrem, tetapi juga cara berpikir penentu kebijakan.
Coba kita renungkan, sudah lama hukum universal ini berlaku: "Orang rajin akan menadah air hujan saat pagi buta. Orang malas bangun kesiangan tak dapat apa-apa."Â
Baiklah. Cara berpikir akan menentukan kemampuan seseorang. Kata lain, setiap orang punya kemampuan yang berbeda.
Dari sini, kemampuan berarti orang miskin ekstrem bisa tahu cara melakukan sesuatu seperti halnya pihak lain bisa melakukannya. Masih teringat, kemampuan itu tidak datang sendiri. Pengetahuan atau kemampuan diri bukan bahan yang sudah jadi.
Bekal kemampuan diri yang demikian itu perlu didahului dengan pendidikan, kursus-kursus, dan peningkatan pengetahuan teknis atau keterampilan lainnya, maka saya kira tidak ada yang mustahil jika kita serius memfasilitasi mereka. Kita belum memulai hal yang kecil. Melakukan sekarang, kenapa tidak?
Anda bisa melihat langkah selanjutnya, jika mereka membekali dirinya dengan banyak pengetahuan dan keterampilan yang memadai, Anda yakin pada kemampuan orang miskin ekstrem untuk menciptakan dunianya sendiri. Manusialah yang menciptakan kondisi dan menaklukkan dunia dalam genggamannya.
Bisa saja orang menilai dengan kaca mata berbeda tentang apa yang kita bicarakan. Ya, gampang berbicara soal teori? Mereka bisa tangguh karena terhubung dengan lingkungannya dan kita yang melihat dan merasakan langsung kehidupan mereka.
Memang begitu, jika kita pernah mencobanya dengan sungguh-sungguh, sejak kapan kita juga bisa membuktikan jika orang miskin ekstrem tidak berpendidikan dan bekerja di tengah tantangan zaman digital.