Secara kasat mata, saya melihat penampilan rumahnya sudah kriteria mampu. Mata pencaharian kepala rumah tangganya bukan pekerja serabutan, buruh tani, buruh bangunan atau buruh pembudi daya rumput laut. Dia punya usaha sampingan yang bagus.
Cukup dekat dari lokasi itu, saya dan teman menemukan rumah yang tampak lebih nyenggol miskin ekstrem. Kepala rumah tangganya sedang tidak ada ditempat.
Sayangnya, rumah yang nyaris reok itu tidak muncul di data. Jadinya, saya menyatakan adanya exclusion error. Artinya, kondisi rumah dan mata pencaharian kepala rumah tangganya sebagai buruh, misalnya, tidak bertengger di data, namun memenuhi kriteria kemiskinan ekstrem.
Sesuai data, kami pun beranjak dari tempat menuju rumah lainnya yang terpapar menjadi miskin ekstrem. Sebenarnya, saya melanjutkan perjalanan sembari memandangi rumah dari jauh yang akan dituju. Begitu setianya, pak Seklur dan pak Lingkung bersedia  mendampingi kami di lokasi.Â
Matahari semakin meninggi, sebentar lagi posisinya pas di atas kepala. Saya dan teman sudah anggap biasa.
Setibanya di rumah yang dimaksud, saya celingak-celinguk. Entah kemana si empunya rumah. Menurut pak Lingkung dan tetangganya, kepala rumah tangganya lagi keluar. Yang jelas, dia sibuk mencari nafkah.
Meskipun kepala rumah tangganya bermata pencaharian sebagai tukang kayu-lemari, setidaknya gaes titip pesan jika ada hajatan saat keluar dari rumah. Mana lagi istrinya tidak kelihatan batang hidungnya.
Wajarlah, kami datang dan angkat kaki secara sempurna dari rumah itu tanpa salam apa-apa. Ayo gaes, siapa yang diajukan pertanyaan? Tidak ada kan?Â
O iya. Rumahnya beratap seng. Dindingnya terbuat dari bata ringan, belum ada plesteran. Lantainya dari tegel biasa. Ia punya aliran listrik. Itu jelas di depan mata saya.
Tanpa pikir panjang dan tanpa tekanan sedikit pun, saya akhirnya mengganjarnya dengan kriteria desil 4 (empat). Saya yakin, kepala rumah tangganya punya mata pencaharian yang cukup untuk bertahan lama. Sehingga kepala rumah tangga dan anggota keluarganya bisa keluar dari miskin ekstrem bahkan melebihi rentan miskin hingga mampu hidup layak, di hari-hari mendatang.
Sebagaimana terjadi sebelumnya, kami ditawari suguhan non makanan, yaitu menyaksikan kondisi rumah yang berdekatan dengan rumah yang dikunjungi sebelumnya. Ini lagi-lagi exclusion error. Kenapa! Ini pak rumahnya. Pak lingkung segera menunjukkan rumahnya.