Sementara, Israel menjadi bulan-bulanan labelisasi teroris. Saat ini, penampilan luar dan dandanan keren bahkan berseragam militer tidak selamanya menandakan teroris.Â
Siapa tahu isi kepala sebagian orang terlalu dangkal menilai orang di luar dirinya. Sebentar lagi Hamas sulit melihat dirinya jika ada yang perlu diperbaiki kesalahannya. Israel dan Hamas sama-sama berjulukan teroris.
Ada kawan mengira saya telah menyalahkan Hamas akibat tindakan teroris. Kawan pun meminta saya agar hati-hati dengan label teroris pada saudara sekeyakinan. Tunggu dulu kawan!
Apa yang dimaksud sekeyakinan? Membalas satu kekerasan dengan kekerasan bisa menyelesaikan masalah? Katanya cinta sesama, mengapa perdamaian dibalas dengan harga bunuh membunuh? Itukah gen kita yang harus diwariskan pada generasi berikutnya. Saya kira, berangkat dari jebakan "kaca mata kuda," maka di luar dirinya dianggap musuh bebuyutan.
Pantaslah, tidak semua orang suka dengan berita menegangkan. Kita ingin santuy dan menikmati hidup dengan sabar dan gembira. Konflik Israel dan Hamas melulu juga membuat orang bete.
Apa tidak ada berita yang lain? Atau kita kurang piknik sehabis kerja lemburan dan kerja seharian tidak capai target? Pertanyaan itu saya jawab di sini.Â
Tetapi, catatan ini mencoba untuk menyontek hiburan, yang setara dengan piknik bahkan nonton konser musik dangdut atau pop dengan penuh kenikmatan.
Di tengah menikmati berita seraya menjelajahi status dari akun pribadi dengan berbagai komentar di medsos, ada serangkaian narasi teroris yang bergelimang amarah kebencian dan permusuhan. Selain bencana alam, surplus malapetaka dimulai dari tindakan teroris yang sepakat menumpahkan darah manusia.
Lalu, sekarang para tukang bising di medsos sejak 7 Oktober lebih sering dibaca dan didengarkan saat berlangsung konflik Israel dan Hamas. Kadangkala silih berganti dari obrolan politik dalam negeri ke peristiwa tragis di Gaza. Bahwa krisis kemanusian dipengaruhi oleh riuh-rendahnya tindakan teroris sebagaimana mereka memproganda sebagai senjata untuk menguras tenaga dan memutarbalikkan fakta sebenarnya.
Secara tidak langsung, label teroris berdasarkan posisi mana dia menilainya. Lantas, orang yang tidak serampangan dan terburu-buru menyebut teroris dilihat dari posisi tertentu?
***