Kendatipun ia dicap teroris, Israel sudah terlanjur mencekoki kepala para pendukungnya. Di luar Israel adalah teroris. Ia juga berdalih dan membuktikan bahwa warganya diserang hingga dibunuh oleh teroris.Â
Satu hal lagi, dimana Israel bukan hanya perang teroris di darat dan di udara. Ia juga menguasai perang proksi dan perang opini.
Dari situ, bukan Israel yang terjebak, melainkan pihak teroris yang menyebutnya teroris. Tidak jarang pula, Israel dengan perang opini atau propaganda lewat medsos termakan oleh siasatnya sendiri.Â
Satu contoh, genosida yang ditutup rapat-rapat bagai bangkai, akhirnya tercium. Kuburan massal yang diduga kuat sebagian dikubur hidup-hidup ditepisnya. Tetapi, mata dunia dan hasil penyelidikan membuktian lain.
Nyatanya, Israel tidak bergeming dengan segala kritikan. Ia malah makin gencar melancarkan propaganda antisemitisme dan pro Hamas bagi pihak yang mengkritiknya. Israel bahkan masih tetap merasa "besar kepala" dengan segala sorotan tajam dunia yang tertuju padanya.
Syukurlah, bro Bruno itu tidak mencaci-maki atau mengumpat habis-habisan Palestina. Yang tidak bisa "dipagar betis" adalah komentar warganet di dunia maya. Tentu saja ada yang blepotan hingga aneka komentar manis dan pedas dari warganet begitu seru.
Berikutnya, saya timpali cuitannya. "Then, who is the real terrorist? Israel or Hamas? Or Israel terrorist? Or Israel = Hamas?"Â
"Memangnya Anda tidak tahu diri. Anda ngacalah. Justru Anda yang teroris totok. Dikira cuma Hamas, Israel juga teroris. Curiga boleh dong, kalau Hamas itu piaraan, kalau bukan karya Israel. Keduanya tidak lebih dari teroris." Klop ya kan?
Siapa saja akan berpotensi menjadi teroris. Apapun entitasnya, teroris bisa muncul di Timur Tengah, di Eropa, di Amerika, Afrika, dan Australia. Teroris tidak memandang apakah dia berkulit putih, hitam, sawo matang dan tidak kenal juga apa latar belakang agamanya.Â
Kita atau mereka akan menjadi teroris. Jadi, tidak ada hubungan antara teroris dengan ragam entitas dan identitas, bro!
Berani-beraninya Israel atau siapa saja mengaku dirinya sebagai teroris. Sudah bisa dipastikan siapa saja tidak mengaku dirinya sebagai teroris layaknya orang yang merokok di atas kloset. Dia sulit membedakan, yang mana bau asap rokok dan yang mana bau toilet.