Terlucutinya tubuh bukan berarti berubahnya wujud alamiah menjadi wujud virtual sebagai penyebabnya. Ini tidak bisa dijelaskan apakah ada hasrat yang liar atau mesin yang kusut. Berpencar-pencarnya tubuh sebagaimana hasrat yang berserakan. Â
Saya kira, hasrat untuk mengetahui atau hasrat yang buntu kembali mengalir dalam pembuluh darah, yang diukur melalui mesin.
Sesungguhnya kita bisa melihat hasrat melalui mesin virtual, ketika jari-jari tangan memecet tuts-tuts ponsel itulah terjadi penampakan hasrat.Â
Ponsel atau medsos sebagai mesin penghibur yang setia dan sesaat. Bahasa dan logika dalam mesin, yang membuat para pemikir atau penulis memainkan kata-kata.
Saya percaya jenis pergerakan mekanis tertentu, maka sesuatu yang tidak bisa kita lihat akan menjadi saluran terakhir bagi metafisika.Â
Hasrat bukan sebatas penyesuaian asal-usul tanpa cacat bawaan dalam pengetahuan yang ditampilkan melalui mesin.Â
Suatu mesin dianggap sebagai jalan tengah bakal mengubah sesuatu dan membedakan sesuatu yang absurd. Akhirnya, malas berpikir dalam satu menit berarti dianggap kehilangan seratus tahun. Semuanya bukanlah  membela apa-apa yang belum dilihatnya sendiri. Karena itu, mesin masih tetap menjadi rahasia, yang datang kepada saya dalam seribu satu macam permainan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H