Kedalaman selera dan moral yang kosong sebagai biang dari berhentinya kita menemukan siapa diri kita. Siapa saya? Tubuh atau onggokan daging?
Siapa saya? Apa yang mengekang saya berhasrat. Dogma yang mengekang. Percuma dogma mengekang. Mesinlah yang menjadi hasrat untuk mengetahui. Suatu mesin yang melahap setiap kesenangan, kesedihan, kebencian, dan rasa cinta. Mesin adalah mesin. Ia bukan benda padat. Ia bukan materi.
Mesin yang tidak berasal dari tubuh, mesin tanpa tubuh. Suatu mesin dari tubuh alamiah yang dianugerahi hasrat untuk mengetahui. Hasrat dalam dirinya sendiri.
Sensasi penciuman dan mata penglihatan paling tajam, sekalipun dimistikasi dengan “tubuh yang memikat.” Mekanisme hasrat muncul di antara hal-hal remeh temeh. Istilah ”mesin hasrat” dikembangkan oleh Deleuze dan Guattari dalam Anti Oedipus: Capitalism and Schizophrenia (2000) sebagai pengetahuan yang membuat manusia lebih efisien, efektif, dan nyaman sekaligus menanggung beban dari keadaan dirinya.
Tetapi, mesin virtual telah menjadi kekuatan saat dipisahkan dan disatukan oleh hasrat untuk mengetahui. Hasrat adalah mesin dalam bentuknya yang berbeda. Sesuatu yang berbeda adalah pengulangan dari mesin alamiah menjadi mesin virtual, yang saling bertukar dan saling berganti.
Singkat kata, saya berhasrat tidak disamaratakan dengan suatu jaringan mesin. Ia bukan lagi mesin, melainkan mesin itu sendiri. Hasrat yang bersifat abstrak, dimana jaringan darah, aliran sel syaraf tubuh ditanjaki dengan sensasi: mata, telinga, hidung, lidah, perut, dan di bawah perut perlu didekatkan dengan cinta kasih atau yang benar-benar spiritual.
Mesin otomat benar-benar bertemu dengan tubuh yang plural. Tubuh yang disembunyikan di balik otak.
Akhirnya, dunia seolah-olah sepi dari drama. Yang ada hanya permukaan yang perlu diuji terus-menerus dengan balas dendam kesunyian.
Ingatan dan imajinasi disamarkan dengan jaringan syaraf otak, dimana saat terjaga, tidur dan mimpi melibatkan denyut nadi atau aliran darah. Lihatlah pengetahuan modern paling mutakhir!
Seolah-olah otak alamiah seperti seekor keledai memikul beban sebelah kiri dan kanan, bukan hanya di dalam, tetapi juga di luar tubuhnya. Dalam tubuh yang tertukar muncul mesin lain.
Kepada hal-hal yang ditumbuhkan di luar hirarki tidak lebih dari sekelumit penegasan: ’Saya keluar dari bisikan setan cerdik’ setelah memeriksa ”saya pikir.” Saya berhasrat tidak lebih dari hasrat untuk mengetahui melalui mesin kata-kata dan angka-angka.