Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Segalanya Mengalir

18 Januari 2024   17:19 Diperbarui: 18 Maret 2024   12:56 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 Capres di Debat ke-3 (Sumber gambar: kompas.com)

Karena itu, kita (termasuk saya) hanya bacot karena tidak mampu membuktikan (demonstrasi) tentang bagaimana cara untuk mengetahui melalui metode ilmiah yang lebih sahih. Cara untuk mengetahui tentang siapa calon presiden dan calon wakil presiden yang unggul jelang 35-34 Hari Pencoblosan, 14 Pebruari 2024 (ogah dengan Survei) ternyata dalam bahasa gaul, "sotoy" alias sok tahu gara-gara kita tidak mampu untuk membuktikan bantahan atas Ekspresi Data Denny JA.

Maka, sisa "cara membaca" Ekspresi Data Denny JA, berjudul "Setelah Debat Capres yang Ketiga" (kembali ke Laptop). Satu diantaranya begini. Idealnya, ambang batas aman dua paslon di bawah Prabowo (katakanlah butuh 7 persen untuk tiket satu putaran) masing-masing memang membutuhkan tambahan sekian persen.

Katakanlah, kita mengambil sebuah rilis data lembaga survei. Pasangan Calon 2 (Dua) butuh sekitar kurang dari 10 persen untuk satu putaran. Pasangan Calon 1 (Satu) sekitar 27 persen dan Pasangan Calon 3 (Tiga) sekitar 35 persen juga untuk sampai satu putaran. Sementara, nyoblos sisa 30-29 hari, 14 Pebruari 2024? Jarak antara Prabowo-Gibran dengan kompetitornya, Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud di atas 17 persen.

Di samping itu, terdapat hal yang perlu dibicarakan mengenai berapa jumlah sampel yang ditangani oleh setiap Lembaga Survei (Pemilu/Pilpres). Saya kira, ada semacam standar sampel sebanyal 1.200 responden per Provinsi. Harap maklum, celoteh ini bukan sekadar justifikasi, pembenaran, melainkan penjelajahan dan penyingkapan kebenaran berkedok.

Segalanya mengalir ditandai dimana ada satu waktu sosok calon presiden, di situ ada calon presiden di lain waktu. Menariknya, setiap diterpa isu miring dari salah satu calon presiden, dia justeru semakin gercep untuk safari, kampanye atau menyambanga para pendukungnya.

Mereka bisa genjot samping kiri, genjot samping kanan di tengah masalah (jika betul-betul "mencium" ada masalah). Daripada nambah banyak musuh, mending mereka tidak ambil pusing. Isu digembar-gemborkan menambah semangat para calon presiden untuk turun ke khalayak umum. 

Mereka menyapa masyarakat, padahal terhembus kabar buruk. Mereka bertemu dengan sopir, pedagang, buruh, tokoh agama, santri, petani, nelayan, kawula muda hingga warga yang belum pernah kenal dengan calon presidennya di tengah gemuruh serangan bertubi-tubi menimpa mereka. Segalanya mengalir dari satu prinsip yang penting mereka ingin membangun dan memajukan Indonesia.

Berita politik paling anyar datang dari petisi 100 tokoh untuk menghembuskan pemakzulan terhadap Presiden Jokowi. Dari para pendukung berat. Apa katanya anak muda. "Apa kurang kerjaan?" "Itu mimpi di siang bolong, bro!" Kita bisa lihat Jokowi menganggap tuntutan keras itu bagai angin berlalu. Dia tidak goyah dari terpaan isu, sepersen pun.

Bagi pihak lain, terutama dari kompetitor Prabowo-Gibran menganggap pemakzulan sebagai pengalihan isu. Lalu, bagaimana dengan kasus videotron calon presiden, Anies Baswedan yang diturunkan di bilangan Jakarta dan Bekasi? Padahal belum cukup sepekan, videotron itu sudah dicopot? Nyatanya, di daerah yang terakhir disebut, ada upaya Bawaslu untuk mengusut kasus videotron sudah tercopot. Ataukah baliho Ganjar-Mahfud dicopot di suatu daerah? Lenyap satu, muncul di tempat lain. Demikian halnya masing-masing calon presiden saling sindir membuat segalanya mengalir akan bertahan lama.

Jika bukan alasan selingan dan dinamika politik, apalagi jika dikatakan permainan. Segalanya mengalir ada dalam permainan, setiap permainan juga ada dalam segalanya mengalir. Kita tidak bisa terburu-buru mengatakan jika salah satu pasangan calon berbuat curang hingga menghancurkan masa depan bangsa jika terpilih sebagai presiden dan wakil presiden kelak. Itulah diantaranya cara kerja frasa segalanya mengalir. Apapun perseturuhan politiknya akan muncul satu dinamika ke dinamika lainnya.

Kita melangkah dari satu hal yang segalanya mengalir ke mengalir lain. Apa yang baru saja dikatakan yang dimunculkan dari segalanya mengalir tidak menarik perhatian dari pihak hanya merebut hasil. Sejauh yang kita lihat, segalanya mengalir tidak laris bagi kaum "instan," lebih-lebih lagi bagi "si pendengkur" saat terjaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun